Turing Mendadak. Trouble all The Way! (bag. 1)

Bag 1 dari 2 tulisan.

teks & foto : bodats

KebunTehBelum genap seminggu ketika saya dan Alex melakukan weekend ride untuk mengujicoba peralatan radio komunikasi. Namun, Jumat (05/06) malam lalu, weekend ride kembali bergulir. Turdak atau turing mendadak adalah tema kali ini. Semuanya memang dilakukan serba mendadak. Tidak ada persiapan jauh-jauh hari, tidak ada juga sharing/diskusi tentang mau menginap dimana atau tempat apa saja yang akan dikunjungi. Dan seakan menambah atmosfir petualangan, perjalanan dilakukan di malam hari.

Seusai mengikuti kopdar KHCC di kawasan Panahan, Senayan, Jakarta Pusat, enam orang anggota KHCC bersiap-siap melakukan turdak yang pertama kalinya. Lima motor Honda Karisma dan 1 Kawasaki Athlete siap tempur. Tujuan perjalanan ke kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat. Toto, yang tinggal di daerah Cibinong, sebetulnya ragu-ragu. Tetapi setelah mendapat rayuan maut ala KHCCers, akhirnya bersedia bergabung.

Sebelum berangkat, urutan rider diatur. Alex sebagai Road Captain. Danz Juanz, Refano dan Toto di belakangnya. Lalu Anto dan saya terakhir sebagai sweeper. Walaupun ini perjalanan tidak resmi, standar keselamatan tetap berlaku. Saya dan Alex mengenakan jaket safety warna hijau fluorescent dengan stripping scotchlight.

Formasi perjalanan sempat “diluluhlantakan” oleh padatnya lalu lintas Jakarta. Tidak jelas lagi siapa di depan, atau di belakang. Hal ini diakibatkan arus lalu lintas yang padat. Sehingga masing-masing harus bermanuver mencari celah untuk melewati antrian kendaraan roda empat. Namun semuanya dilalui dengan percaya diri karena kami berkomunikasi lewat rakom. Perubahan posisi selalu dilaporkan oleh Alex, Refano maupun Saya. Jadi, walaupun masing-masing tidak bisa terlihat, posisi masing-masing masih diketahui.

Lampu Gue Mati Nih!
Lepas dari kemacetan di jl. Pangeran Antasari, dengan menggunakan rakom, rombongan berkonsolidasi di arteri Jl. TB. Simatupang.  Namun belum selesai bernapas, tiba-tiba masalah muncul. Lewat rakom, Refano mengabarkan bahwa lampu depannya mengalami masalah. Kadang menyala, kadang tidak. Kami sempat berhenti sebentar. Refano pun menjelaskan permasalahan serta tak lupa menceritakan beberapa modifikasi teknis yang baru saja dilakukan beberapa hari lalu. Alex dan saya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan, sembari mencari bengkel terdekat..

Selama itu pula, kecepatan rombongan ditahan pada level 40-50 km/jam. Hal ini bertujuan agara Refano tidak berjalan terlalu kencang tanpa pencahayaan yang maksimal. Hingga memasuki perempatan Pasar Rebo, kami masih belum menemukan satu bengkel pun yang masih buka. Dalam hati, sempat terpikir juga untuk menggagalkan perjalanan demi pertimbangan keselamatan. Akhirnya setelah memasuki kawasan Jalan Raya Bogor, ada satu bengkel yang masih buka. Kami pun berhenti. Di bengkel tersebut, Refano memutuskan untuk mengganti aki-nya. Dia yakin sang aki-lah “tersangka” malam itu. Sekitar 20 menit kemudian, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Kepercayaan diri rombongan mulai terbangun kembali.

30 menit berlalu saat rombongan sudah memasuki kawasan Bogor. Atau tepatnya di daerah Cibinong. Jalan yang sepi dan penerangan yang cukup baik, membuat kecepatan bisa ditambah pada level 60-70 km/jam. Tidak ada yang mengalami masalah berarti. Termasuk Refano. Komunikasi via rakom berjalan cukup baik. Mengingat suasana yang sudah malam, sebisa mungkin hanya informasi penting saja yang disampaikan.

Beberapa menit kemudian, selepas pasar Cibinong, cuaca mulai tidak bersahabat. Permukaan aspal yang dari arah Kota Bogor, mulai terlihat basah. Artinya, di sana sudah terjadi hujan. Angin pun mulai terasa lebih dingin. Pelan namun pasti, permukaan aspal yang kami lalui mulai basah. Hujan rintik-rintik mulai menerpa.

“Bodat, Alex. Monitor?” ujar Alex memanggil saya via rakom.
“Masuk Lex.”
“Sepertinya sudah mulai rintik-rintik nih. Hati-hati, kecepatan agar diturunkan”.
“Copy Lex!” jawab saya sembari melirik jarum speedometer. Memastikan jarum tersebut tidak melewati angka 60 km/jam.

Benar saja. Tak lama kemudian, rintik-rintik mulai menjadi gerimis ringan. Terpaan air hujan ke visor helm membuat saya beberapa kali menyekanya agar tidak menghalangi pandangan. Penerangan lampu jalan yang minim serta hujan, membuat kami harus ekstra hati-hati. Beberapa kali saya harus mengalah terhadap pengendara yang menyusul dari belakang tanpa mengindahkan kehati-hatian. Tak lupa saya peringatkan juga rekan-rekan di depan.

Masalah Kian Menghadang
Mendekati perempatan Warung Jambu, Bogor, niat untuk mengisi bensin digagalkan karena diperkirakan masih cukup hingga ke Ciawi. Namun, seakan menambah suasana “mencekam”, lagi-lagi masalah menghadang. Baru saja menggeber gas dari perempatan, saya lihat Toto yang mengendarai Kasawaki Athlete berhenti di pinggir jalan. Saya pun berhenti, begitu juga dengan Danz.

“Ada apa To?” tanya saya.
Toto yang tengah celingak-celinguk ke arah bawah bagian motornya menjawab, “Bensin gue habis nih!”
“Loh, emangnya gak ada indikatornya? Kok lo gak tahu?” tanya saya yang ikut kebingungan.
“Gak ada!” ujar Toto yang masih sibuk celingak-celinguk.
“Lex, Bodat. Monitor?” saya menghubungi Alex via rakom.
“Masuk dat.”
“2-1-3 nih. Toto” (2-1-3 adalah kode rakom jika ada pengendara yang mengalami masalah).
“Ok. Gue tunggu di depan nih,” jawab Alex.

Tak lama kemudian kami semua berhenti di daerah sekitar Terminal Bus Bogor, Baranangsiang. Disinilah semua masalah muncul. Motor yang dikendarai Toto ternyata tidak mempunyai fuel indicator. Yang ada hanya lampu yang menandakan bahan bakar sudah hampir habis. Hal ini mengundang kernyitan dahi kami semua. Toto pun yakin, bahwa motornya bisa menempuh jarak antara 10-20 km lagi. Walaupun di mukanya tampak keraguan saat mengatakan itu.

Masalah tidak berhenti di situ. Anto ternyata baru menyadari bahwa salah satu baut L yang berfungsi untuk menahan kaliper rem depan ternyata lepas!
“Pantes aje! Dari tadi kok gue denger bunyi aneh dari roda depan. Untung nggak melakukan pengereman saat kecepatan tinggi!”, ujar bapak satu anak ini bersyukur.

“Wah, lampu gue mati lagi nih!!!”, teriakan Refano seakan menambah beban pikiran malam itu. Semua mata saling memandang. Dalam hati jadi berpikir, apakah perjalanan diteruskan atau berhenti sampai di sini.

Akhirnya diputuskan untuk berbagi tugas. Saya bertugas “mengawal” Toto untuk mencari SPBU terdekat. Sementara yang lainnya menemani Anto dan Refano mencari bengkel terdekat. Toto, yang tadinya yakin akan menemukan SPBU yang dimaksud tidak jauh dari terminal ternyata harus gigit jari. SPBU itu tutup. Akhirnya dengan lampu peringatan bahan bakar yang masih menyala, kami memutuskan untuk terus mencari SPBU terdekat. Suasana jalan yang sepi, suhu dingin dan hujan rintik-rintik seakan menambah atmosfir ketegangan. Beberapa menit berkendara, kami belum menemukan adanya SPBU. Bahkan, posisi bahan bakar saya yang tadinya masih dua bar, kini tinggal satu bar dan mulai berkedip.

Namun tidak lama kemudian, saya bisa bernapas lega. Sebuah SPBU terlihat masih beroperasi. Kami pun masuk dan mulai mengisi ulang bbm. Tak lama kemudian, sisa rombongan menyusul. Semuanya mengisi bensin pula. Setelah beberapa saat menyindir “kecanggihan” motor milik Toto, perjalanan dilanjutkan. Selama perjalanan, lampu milik Refano bermasalah. Kadang menyala, kadang tidak. Perjalanan diteruskan dengan ekstra hati-hati. Di daerah Ciawi, kami berhenti sejenak untuk mampir ke Bengkel pinggir jalan. Anto meminta bantuan kepada sang mekanik untuk memasangkan baut rem-nya. Alhasil, kekhawatiran mulai terkikis karena masalah Anto sudah terselesaikan.

SPBU CiawiGambar 1. Walau Masalah Mendera, Tetap menyempatkan Diri Berfoto 😀

Setelah melewati Ciawi, kami beristirahat sejenk di sebuah SPBU dekat Tajur. Refano pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik uang tunai di ATM. Sementara yang lainnya melepas lelah, sambil memesan kopi hangat di sebuah mini market. Sempat berbicara dengan beberapa biker yang juga menuju Puncak Pass.

Istirahat di SPBUGambar 2. Kembali Beristirahat, minum suplemen dan makan cemilan.

20 menit berlalu, udara dingin Tajur dan sekitarnya mulai menusuk tulang. Kami pun memutuskan melanjutkan perjalananan. Formasi dibuat lebih ketat. Alex, Anto dan Toto di depan. Sementara Refano akan “dikawal” oleh Danz dan saya.

Belum lama perjalanan dimulai, lampu motor Refano kembali redup. Kontur jalan yang menanjak ternyata membawa dampak pula ke tenaga motornya.

“Dat, monitor?”, panggil Refano via rakom.
“Masuk bro. ada apa?”.
“Motor gue gak ada tenaganya nih. Gak beres nih motor gue.”, ujar Refano agak khawatir.
“Santai bro, kalem aja. Pake gigi dua aja. Tenang, ada gue dan Danz di belakang lo.”
“Ok deh. Pelan-pelan aja ye?”, jawab Refano lagi.
“Lapan Anam bos!”, ujar saya mantap.

Sepanjang jalur Tajur – Puncak Pass, kecepatan maksimal hanya 20-30 km/jam. Hal ini disebabkan motor Refano yang minim penerangan, sehingga berjalan agak pelan dan di sisi kiri. Sempat juga dua rider HVC (Honda Vario Club) menguntit di belakang saya. Namun setelah saya persilahkan dengan isyarat tangan, mereka langsung mendahului rombongan kami. Perjalanan makin menegangkan ketika memasuki kawasan kebun teh. Motor Refano yang berparas ciamik seakan tak kuasa menghadapi jalan yang menanjak dan meliak-liuk. Berkali-kali via rakom, Refano melaporkan kebingungannya terhadap kondisi motornya. Saya hanya mengingatkannya untuk konsentrasi terhadap jalan ke depan. Sebab, cuaca makin dingin, malam makin pekat dan tidak ada penerangan jalan. Saat melihat kaca spion, saya tidak melihat ada rombongan lain. Sepi sekali. Hal ini menguntungkan kami yang berjalan pelan.

Saat sedikit lagi tiba di Puncak Pass, hampir terjadi insiden kecil. Danz, yang “mengawal” Refano dari belakang, terkaget ketika motor Refano mengambil jarak yang terlalu sempit saat tikungan. Akibatnya, saat keluar tikungan, Refano melebar, sementara Danz menyempit. Nyaris terjadi tabrakan. Namun terbukti penjagaan jarak yang dilakukan oleh Danz, berhasil mencegah kecelakaan.

Setelah hampir selama 30 menit berjuang, akhirnya motor Refano mampu mencapai Puncak Pass. Setelah itu, Anto yang tengah menunggu, langsung mengambil posisi di depannya guna memberikan penerangan tambahan. Perjalanan menuju sebuah hotel di Cianjur pun berlanjut. Sekitar pukul 03.00, kami tiba di hotel tersebut.

Setelah proses check-in selesai, dua kamar siap menampung kami yang kelelahan fisik maupun pikiran. Seperti biasa, tidak ada yang langsung tidur. Perbincangan hangat, ditemani coffemix panas, mulai mengalir. Dari permasalahan Refano, baut rem Anto yang lepas hingga (lagi-lagi) “kecanggihan” motor Kawasaki milik Toto. Saling lempar ledekan tak terhindarkan. Tawa lepas mewarnai obrolan hangat. Lega rasanya berhasil mengatasi masalah dengan kebersamaan dan tehnik safety riding. Sekali lagi terbukti, rakom sangat berfungsi vital. Dan terbukti pula bahwa dengan kebersamaan, setiap masalah dapat diatasi.

Istirahat di HotelGambar 3. Beristirahat di Hotel

Dinginnya udara Cianjur secara pelan namun pasti memaksa kami untuk merebahkan tubuh. Beristirahat sejenak, melepas lelah. Semoga besok pagi perjalanan lebih lancar.

Bersambung…

Iklan

24 comments on “Turing Mendadak. Trouble all The Way! (bag. 1)

    • lebih seru lagi kalo ente ngikut cuiii.
      jarang-jarang loh, ngeliat si Anto bengong karena bautnya lepas. 😀

  1. Haaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh….. bukan salahh gw(ngeles),, tapi emank motornya kaya gitu… (emank jarang dipake motornya) heheheheheheh…..
    pokonya aseeekkkkk tenaaannnnn……

    • Jiakakakak…
      Gak apa-apa bro…
      Sekalian pelajaran juga, kalo mau kemana-mana, pake bohay kesayangan deh. Biar gak bengong kalo ada masalah. He..3x!
      Jangan kapok ye…

  2. waw…..baut rem depan sampe lepas juga pernah gw alamin tuch bro….salam kompak selalu bro…sory cuy gw ga bosa ikut cos fisik gw lagi ngedrop….

  3. hihihihihi…soal kawasaki indikator bensinnya cuma gitu doank…itu ada di kawasaki ninja 150, ternyata di athlete dibikin gitu juga…:D

    hauhauhauhau…c bombay motornya udh ganti cdi brt, malah ga bisa nanjak hauhauhauhua

    • yoi cen…
      waktu tahu bahwa sistem penunjuk bahan bakarnya Athlete begitu, yang ada kita semua cuma geleng-geleng kepala.
      Si Toto malah kebingungan. Huehehehe….

      Kalo soal si Bombay, pusing tujuh keliling dia! Gue rasa ada hubungannya sama lampu HID-nya yang nyedot listrik tuh.
      He…3x!

  4. mantabs ! rakom memang vital, turing bisa lebih aman karena aba2 kaki dan tangan bisa digantikan aba2 verbal via rakom, naik motorpun lebih konsen…mantabss

    • betul bro!
      Selain itu, kita gak panik lagi kalo ketinggalan dari rombongan.
      Koordinasi via rakom sangat memudahkan turing.
      Thanks 4 the comment.

  5. edan.. mantaf neh turdaknya.. Turing memang sebuah sarana kebersamaan yg tiada duanya deh buat bikers.. walaupun masih banyak sarana lainnya tetapi turing bisa meliputi banyak aspek.. jarak berturing mungkin ada pengaruhnya tapi “Kenikmatan” dalam ber-turing itu yang lebih penting om..

    sukses buat semuanya…
    TOPBGT dah…

    *kapan yah gue mengakhiri cuti turing?? huehehehe..

    • thanks bro baskoro…
      betul om, bukan jaraknya, tapi kebersamaan menjalaninya yang lebih penting.
      Jadi, kapan nih mulai “beraktivitas” lagi? 😀 😛

  6. Gimana nasibnya motor Refano ? wah ga seru nih nagung ceritanya ? Seruuuuuu abis

    Jangan lama-lama yah bersambungnya

    Dats…..cepat bikin sambunganya……

  7. Mantapssss dat…..
    walau halangan rintangan selama perjalanan
    touring kmrn makin bikin lo2 semua makin solid
    ^_^

    maap yeee ga bisa ikutan …… badan bis panas dingin n minggu nya gw UTS + kumpul tgs2nya…… heheheheheheeee

    ciaaooooo ……. ~_~

  8. Wow… seru nih perjalanannya.
    kebetulan sesama bikers.

    kalau boleh tau rakomnya pake apa masbro?
    bisa kasih rekomendasi tipe yg ekonomis tapi masih tetap bagus untuk touring?

    please info ke junian.alamsyah7@gmail.com
    ya.. thx mas bro.

    • Kita berani tapi bukan berarti gak ada perhitungan bro…
      Semuanya diatasi dengan kepala dingin dan semangat kebersamaan. Jadi deh sebuah petualangan seru tak terlupakan.
      Kalo bro dismas suka touring, jangan lupa untuk selalu check kesiapan motor bro.
      Have a nice ride!!!

Tinggalkan Balasan & Jangan Tampilkan Link Lebih Dari 1.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s