Ketika Blogger Mengendarai Ducati

Di sela-sela peresmian Showroom Ducati Indonesia Minggu (24/01) lalu, ada satu kejadian menarik dan langka. Adalah bro Taufik alias Warung Ijo alias Cabidun yang bikin “ulah”. Datang terlambat ke perhelatan Ducati tersebut, bro Taufik justru bikin sensasi. Entah sudah janjian sebelumnya atau tidak, pria pecinta motor ini tiba-tiba saja kembali mengenakan jaket dan sarung tangannya. Dan langsung berjalan menuju bro Satar. Tingkah laku ini, tentu saja mengundang asa curigation beberapa blogger yang lain. Sebentar kemudian, bro Satar langsung mengeluarkan motornya dari parkiran pelataran showroom Ducati Indonesia.

Setelah mengenakan safety gear, dengan dibantu oleh bro Satar dan mas Tri, bro Taufik langsung menyemplak motor Italia. Maklumlah kalau dibantu, walaupun terlihat ground clearence-nya pendek, tetapi ternyata bagi Taufik, Ducati 848 masih terlalu tinggi. Dengan posisi tegak, ia agak kesulitan untuk menjejakkan kakinya di aspal. Tapi bagi penunggang Ninja250 asal Bogor ini, hal itu bukan halangan. Ia pun tetap pede. Dan tak lama kemudian, dengan briefing singkat dari bro Satar dan mas Tri, sejarah pun tercatat! Taufik langsung melesat dengan Ducati 848 warna merah, memecah keheningan di pagi hari.

Sesaat setelah Taufik meninggalkan TKP, tidak ada kekhawatiran sedikitpun dari mimik muka bro Satar selaku pemilik. Namun justru mas Tri yang was-was. “Dia tahu daerah SCBD gak ya? Nanti malah tidak bisa balik lagi ke sini?”, ujar pria penunggang Monster itu cekikikan.

Sekitar 10 menit kemudian, Taufik sudah kembali. Dan yang hampir mengundang tawa adalah saat hendak menepi, ia mencari “titik” pijakan pada sebuah conblock. He.. He… He…! Tak lama kemudian, wawancara ekslusif ala bodats pun terjadi. Bro Taufik mengatakan, “Handlingnya enak. Ketika ngacir, motor ini ringan dan stabil”. Saat ditanya perihal top speed yang berhasil dicapai, ia menjawab, “Wah kurang puas kayaknya. Saya “cuma” sempat menyentuh 120 km/jam”, tambahnya. “Betul kata mas Tri, hati-hati ketika menikung atau melakukan U-Turn. Harus ada perhitungannya. Saya sempat was-was beberapa kali ketika menikung, dapat atau tidak ya? Pikir saya”, ujarnya sambil melepaskan jaket dan sarung tangan.

Melihat dari mimik mukanya, Taufik jelas sekali terlihat puas. Bagaimana tidak? Mengendarai Ducati 848 di Jakarta, pagi hari, bukanlah kesempatan yang datang setiap hari. Well done untuk bro Taufik. Thanks to bro Satar dan mas Tri yang memungkinkan munculnya “breaking news” ini. Untuk lebih lengkap, silahkan kunjungi blognya bro Taufik. (hnr).

Galeri Foto :

12 comments on “Ketika Blogger Mengendarai Ducati

  1. Sama Vixi jauh gak bro Taufik? Pd waktu pertama x njajal Vixi aku jg s4 jinjit (tb ku 167cm). Jd penasaran nih ulasan bro Taufik.

Tinggalkan Balasan ke noFUN Batalkan balasan