Catatan:
Review yang dilakukan adalah hasil pengamatan independen penulis, dan tidak mendapat tekanan dari pihak manapun, termasuk produsen yang mengeluarkan produk. Review ini juga tidak bisa dijadikan acuan ataupun standar dalam penilaian. Penulis, dengan semangat berbagi dan independensi blogger, hanya memberikan pendapat seobyektif mungkin perihal suatu produk.
Tipe V2R, berwarna merah, ukuran XL, dengan emboss SNI di belakang. Yah, inilah helm yang kini penulis gunakan sehari-hari. Sebagai sebuah produk, tentu saja ada plus dan minusnya. Untuk itu, penulis ingin berbagi informasi tentang helm ini.
KYT V2R adalah helm tipe full face. helm ini bisa dibeli pada toko-toko helm, di pusat perbelanjaan roda dua di Jakarta. Penulis sendiri membelinya di sebuah toko, di Otista, Jakarta Timur yang merupakan salah satu sentra otomotif roda dua di Jakarta. Kisaran harga berada antara Rp. 300.000,- s/d Rp. 310.000,-.
Dari bagian luar/eksternal, disainnya cukup memikat dengan bentuk yang tidak terlalu bulat/lonjong. Dengan list hitam yang terbuat dari bahan karet/rubber di bawah, menambah segar desain warna. Di bagian depan, tepatnya di bawah visor, terdapat ventilator yang bisa mengatur keluar-masuknya udara. Selain itu, terdapat empat ventilator lainnya yang berada di atas bagian depan dan belakang. Keempatnya bisa dibuka-tutup secara manual. Emboss SNI sendiri berada di bagian belakang, di posisi bawah, di sebelah emblem DOT.
Saat pertamakali mengenakan, agak repot dengan padding yang rapat. Pipi terasa ditekan, terasa sedikit sempit (padahal ukuran XL :D). Untungnya, busa padding masih terasa lembut sehingga tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi. Tali pengunci dagu masih model clip-on. Dan seperti biasa, padding-padding tersebut bisa dicopot dan dicuci. Sementara itu, pandangan mata dari balik visor berjenis transparan sangat jelas dan luas. Visor bisa dinaikturunkan dengan mudah. Tuas pendorong visor berada di posisi kiri bawah visor.
Uji Pakai
Menggunakan helm ini di macetnya lalu lintas kota Jakarta dan sekitarnya, terutama di pagi dan siang hari, memang membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Pertamakali penulis menggunakannya, keringat mengucur cukup deras. Dan bagian muka terasa sedikit tidak leluasa, mungkin karena penulis terbiasa menggunakan helm flip-up/modular, yang memungkinkan untuk membuka-tutup bagian muka secara keseluruhan. Tapi hal ini bisa disiasati dengan membuka visor saat kondisi lalu lintas sedang lucu-lucunya (baca: macet). Dan jangan lupa membuka ventilator di bagian atas. Penulis merasakan ventilator ini memberikan sedikit pendinginan suhu di dalam helm dengan mengizinkan udara masuk. Jika dalam keadaan berjalan, angin yang masuk terasa menyegarkan kepala yang berkeringat.
Dari sisi reduksi noise/suara, helm ini bisa dibilang lumayan. Dalam catatan penulis, saat kecepatan 60-70 km/jam, tidak ada bunyi dari samping (seperti bunyi siulan) yang biasanya terjadi pada helm flip-up milik penulis. Sementara, dari bagian dagu, dimana biasanya noise dihasilkan, juga kurang terdengar. Namun begitu kecepatan mencapai 80-100 km/jam, mulai terdengar suara berisik dari bagian dagu. Lalu bagaimana dengan suara sekitar? Sejauh pengalaman penulis, suara lalu lintas terdengar dengan baik.
Begitu juga ketika terjadi hujan deras, helm ini memberikan kenyamanan mumpuni. Air yang masuk hanya beberapa tetes di bagian dalam visor, namun tidak ada yang masuk ke bagian padding.
Namun demikian, tetap saja produk ini mempunyai kelemahan. Hal ini penulis rasakan saat menggunakan masker. Entah ini karena bentuk masker, atau memang kontruksi helm yang tidak mendukung penggunaan masker. Pasalnya, penulis merasakan adanya terpaan angin yang masuk dari arah bawah (mungkin melalui masker) yang langsung menerpa mata. Dalam perjalanan jauh, hal ini penulis rasakan sangat berperan dalam membuat mata lelah. Selain itu, jika kita ingin juga menggunakan kacamata hitam/sun glasses, maka helm ini tidak direkomendasikan. Biasanya, para bikers, suka menggunakan sun glasses untuk menghindari iritasi mata akibat pantulan sinar matahari yang berlebihan, terutama perjalanan jauh.
Terlepas dari kekurangan tersebut, KYT V2R sangat cocok untuk penggunaan harian. Namun demikian, untuk keluar kota atau touring, bisa juga digunakan. Dari sisi harga, helm ini cukup terjangkau. Apalagi dengan adanya jaminan SNI, dipastikan helm tersebut sudah bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya. Mengenai selera, bisa dipilih antara warna polos merah, putih, hitam hingga beberapa corak. Suku cadang seperti visor dan padding bisa diperoleh di distributor. Dengan harga terjangkau, kita bisa melindungi kepala dan bergaya pula. Tapi jangan lupa, tetaplah santun berkendara. (hnr)
V2R ane dah pindah tangan …
next ….. Cargloss full face
Ane demen nih ama helm2 yg polos (tdk ada grafisnya), lebih simpel gitu deh
mantab bro mitra…
dah punya helm ber-sni bro?
Maksudnya stiker DOT itu apa yak?
Ceritanya approve by DOT?
@ Arantan. Sepertinya begitu bro…
sayang ga ada ukuran buat kepala beruang hik..hik
dulu beli helm persis kayak gini dapet 190 rb taun 1008 ..tapi taun 2009 di pake jatuh trus lecet rus ga dipakai lagi
. .helm yg malang.ckck . .
mantab bro Lilypud…
gak apa-apa beli helm lagi, yang penting kepala selamat…
Bro tolong ulas HELM KYT RUNNER 2 thank’s..
sip bro, nanti ane coba cari “korban” berikutnya. Huehehehe… thanks udah mampir…
smart bastard!
https://bodats.wordpress.com
ok bro..
good luck
Ping-balik: [S]hare helm fullface KYT V2R « remCakram
kalau boleh ane tambahin kelemahan helm kyt v2r juga bagian penutup ventilator butterfly-nya yang gampang patah pada bagian pembatas pergerakannya, BTW Mas bro Bodats kalo ane boleh tahu dimana ya ane bisa beli tutup ventilasi KYT V2R soalnya punya ane patah
@gendown, coba aja ke Dayaguna motor di Otista, Jakarta Timur. Atau Indorocky. Mereka authorised dealer INK dan KYT.
Emang lumayan bro ini helm, tapi menurutku kalo siang agak gerah, karena ada penutup di bagian dagu.
Cuma busanya itu loh lumayan lembut buat helm seharga 300rban 😀
Masalah yang paling sering saya rasakan, yakni di cuaca agak dingin mudah berembun.