Enduro Trip II, Edan!

Edan! Itulah judul yang pas untuk perjalanan touring Jumat (28/05) lalu. Perjalanan yang biasa kami sebut weeked ride (karena dilakukan saat akhir pekan), sebenarnya dirancang sekaligus untuk memeringati ulang tahun bro Andry. Dan dalam benak para peserta rombongan, indahnya mencoba “rebah” saat melibas tikungan menuju Puncak Pass, seakan sudah diambang pintu.

Namun apa daya. Walaupun sudah berangkat dari SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) TMII (Taman Mini Indonesia Indah) pukul 06.30 bbwi, dan memilih jalan pintas melalui bukit pelangi, Sentul hingga tiba di daerah Gadog, kami mulai dihadang kemacetan. Sesuatu yang memang seharusnya kami duga karena adanya loong weekend (Jumat-Sabtu-Minggu). Alhasil perjalanan dialihkan ke jalur alternatif yaitu rute Tapos-Cisarua. Namun hasilnya sama saja. Justru di jalur yang sempit ini, banyak kendaraan roda empat. Alhasil, kami harus pasrah menerima kemacetan. Apalagi Jalur ini berujung di pasar Cisarua yang ramai dengan hilir mudik angkutan umum, sepeda motor dan masyarakat. Apa daya, motor sudah kinclong, perlengkapan sudah keren, eh, masuk pasar tradisional. 😀

Masuk Pasar!

Selepas dari Cisarua pun, perjalanan tidak seindah yang dibayangkan. Ramainya arus mobil pribadi, minibus dan bis carteran, membuat pesepeda motor seperti kami harus berhati-hati dan tetap waspada. Energi pun mulai terkuras untuk menyiasati tanjakan curam, tikungan tajam, sambil tak lupa menjaga jarak aman antar kendaraan. Sementara, momentum pergerakan kendaraan harus tetap dijaga agar tidak kehilangan tenaga saat menanjak. Pemblokiran jalur dengan hanya mengizinkan kendaraan yang menuju ke atas (Puncak), tidak menolong sama sekali. Menjelang Puncak Pass, justru kemacetan makin parah. Untaian kendaraan memanjang ke arah Cipanas. Untungnya, kami berhasil melakukan aksi selap-selip hingga tiba di tujuan.

Video “Aksi Selap-selip”

Tiba di warung bubur pak Maman, membuat nafsu makan merajalela. Bubur yang renyah dengan bumbu gurihnya, serta sambal manis pedas, seakan menjadi penghibur dan pengisi energi yang sudah terhabiskan menjelajahi kemacetan. Tak lupa beberapa puluh bakwan goreng dan minuman dingin dipesan sekaligus untuk menemani bubur ayam berharga Rp. 7. 000,- tersebut. Dalam perbincangan usai menyantap bubur, kami masih bingung perihal waktu tempuh dari Jakarta. Berangkat pukul 06.30 bbwi, tiba pukul 10.30 bbwi. Kurang lebih empat jam!

Bubur Ayam Pak Maman

Akhirnya, setelah menunaikan Sholat Jumat, disepakati kita menikmati makan siang di daerah Cirata. Kali ini rombongan bertambah. Dua orang rekan kantor bro Alex bergabung. Sementara beberapa lady bikers kenalan bro Andry juga bergabung sekaligus menjadi penunjuk jalan pintas dari Cipanas-Cianjur-Cirata. Perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam tersebut sempat membuat beberapa anggota rombongan mengantuk. Saking lelahnya, saya dan bro Gogon (HMPC Depok) menyempatkan diri membeli minuman di sebuah warung pinggir jalan. saya pun menyempatkan diri memoto si blackbastard dengan latar belakang sawah hijau.

Tak lama kemudian, rombongan tiba di rumah makan khusus Ikan Bakar di pinggir danau Cirata. Nama rumah makannya, RM Pangreureuhan. Disinilah akhirnya kembali dilampiaskan nafsu kuliner kami. Dengan sajian ikan bakar dan goreng yang masih segar, mencicipi makanan menjadi rutinitas. Walaupun, awalnya sempat jenuh dengan proses yang lama, mulai dari pemesanan hingga siap disajikan.

Saat rombongan pulang menuju Jakarta, tidak ada yang sadar apa yang menunggu. Kondisi jalur altenatif Jonggol-Cileungsi yang parah, membuat stamina dan keahlian kembali diuji hingga melewati batasnya. Bagaimana tidak, permukaan jalan yang dipenuhi lubang besar dimana-mana, tiadanya penerangan jalan,  hingga harus “bersaing” dengan truk-truk pengangkut pasir,  merupakan tantangan yang harus dilewati. Jangan lupa juga stamina yang sudah terkuras sejak tadi pagi, kembali diuji. Seakan belum lengkap, debu tebal dan pekatnya malam menjadi menu tambahan. Rombongan pun tidak bisa mencapai kecepatan ideal (50-60 km/jam). Selain lubang-lubang yang bisa menyebabkan kecelakaan, perilaku mobil/motor yang berseliweran pun mengundang keprihatinan. Akibatnya, rombongan berjalan pelan dengan formasi zig-zag yang panjang. Saling tunggu pun terjadi jika salah satu tertinggal. Saat malam menjelang, bro Alex mengambil alih posisi RC (road captain) dari bro Hendrawan “One”. Hal ini disebabkan bro Alex mempunyai lampu “tembak” untuk memberikan penerangan yang lebih jauh dan luas dibandingkan lampu utama standar milik bro One. Sementara penulis, yang mempunyai jenis lampu yang sama, harus bolak-balik berganti posisi di tengah dan di belakang rombongan untuk memberikan penerangan tambahan. Foot signal dan manuver silih berganti dilakukan tiap-tiap anggota rombongan untuk menginformasikan adanya halangan/rintangan di depan. Beberapa kali ada yang menghantam lubang dengan keras, untungnya keseimbangan tetap terjaga. Selain lubang, sisa-sisa gumpalan tanah dari ban truk pengangkut pasir pun menjadi obstacle yang membahayakan. Jika main hantam, keseimbangan bisa hilang, dan gusrak alias jatuh pun jadi pilihan utama.

Kelopak mata yang sempat menyempit karena ngantuk, seakan-akan “disuruh” melek oleh syaraf. Badan yang tadinya lemas, mulai terisi adrenalin kembali. Syaraf-syaraf pun kembali membangkitkan reflek berkendara yang sempat “terpejam”. Belum lagi kondisi kiri dan kanan yang diisi hutan dan perkebunan, seakan menyuplai semangat yang sempat surut. Saat itu juga, saya langsung teringat kata-kata Jerry Paladino, seorang instruktur pelatihan tehnik berkendara yang mengatakan, “When you’re in group riding, avoid herb mentality. Ride for your own safety.” Artinya, saat berkendara secara berkelompok, jangan latah mengikuti tindakan rider di depan kita. Melainkan, lakukan analisa yang matang, lalu ambil eksekusi dengan pertimbangan keselamatan yang utama. Namun teori tinggal teori, dalam kondisi sepert itu, rider berpengalaman pun akan berusaha mati-matian tidak membuat kesalahan. Beberapa kali kami harus meniti jalur kecil di samping truk yang berjalan sangat pelan. Padahal truk itu sedang oleng karena kontur tanah yang tidak rata. Posisi kami kepala kami sama dengan tinggi ban truk tersebut. Belum lagi godaan untuk mendahului minibus di tanjakan curam yang berujung pada tikungan tajam dengan jurang menganga di sisinya. Lagi-lagi terbukti, mengendarai sepeda motor bukanlah aktivitas sembarangan. Untungnya, semua rombongan cukup sadar bahaya yang mengintai. Jarak antar kendaraan terjaga secara konsisten. Satu setengah jam kemudian, dalam kondisi yang melelahkan, rombongan tiba di daerah Cileungsi, di sebuah SPBU. Tak ayal, air mineral pun jadi target utama untuk menyegarkan dahaga. Beberapa diantara kami bahkan langsung merebahkan diri, melepas penat sejenak.

Cuplikan Video Jalur Jonggol Yang Rusak Parah (Durasi penuh akan dimuat di artikel berbeda)

“Gila! Baru kali ini gue lewat Jonggol kecapean!” ujar bro Alex sambil berselonjor. Pria bertubuh tambun ini memang sudah hafal betul jalur Jonggol. Namun, baru kali ini ia melewati jalur alternatif ini dalam kondisi terparah. 20 menit kemudian, rombongan mulai memisahkan diri. Bro Disa langsung menuju kantornya di Jakarta Pusat. Sementara One, Daging, Gogon, Alex dan dua rekan kerjanya, langsung mengarah ke Cibubur. Saya dan Andry pun memisahkan diri, menuju ke Bantargebang, untuk selanjutnya ke Bekasi. Saat tiba di depan rumah, dalam kepenatan yang amat sangat, saya berpikir, perjalanan kali ini sangat menguji ketahanan kami. Itu sebanya layak diberi judul Enduro Trip II. Edan!(hnr)

Iklan

9 comments on “Enduro Trip II, Edan!

    • sudah direncanakan bro untuk turing ke Jogja…
      cuma waktunya belum dapet nih…
      Secara, tuh kota udah kayak rumah keduaxx….

  1. om karisma nya situ dipasangin lampu kabut/flip flop ye?itu gak tekor pasanga ki double atao pke CapasitorBank?

    • itu lampu tembak bro, supaya bisa tambah penerangan di jalan-jalan yang gelap.. supaya gak ngehantem lubang… so far, perjalanan harian atau ke luar kota, berfungsi banget…

      Tuh lampu gak pake capasitor bank bro.. cuma pake relay aje dua biji… aki sih gak tekor lah, kan gak nyalain terus-terusan…

      smart bastard!

      https://bodats.wordpress.com

  2. Ping-balik: [iseng] Ternyata Selebloggers Indomotoblog Tak Terlalu Suka Bola « bennythegreat.wordpress.com

Tinggalkan Balasan & Jangan Tampilkan Link Lebih Dari 1.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s