Teks: bodats, Foto: motogp.com & Wikipedia.
Pemilihan judul di atas bukanlah tanpa alasan. Casey Stoner, jelas layak dijuluki “sang penguasa Philip Island”. Bukan karena ia berasal dari Australia, dan juga bukan karena ia baru saja memenangi MotoGP Minggu (17/10) lalu. Tapi karena sejarah mencatat, pembalap berusia 25 tahun tersebut mampu menjadi pemenang MotoGP di Sirkuit Philip Island selama 4 tahun berturut-turut.
Sirkuit Philip Island, dengan panjang 4.4 km, terletak negara bagian Victoria. Pertamakali digunakan tahun 1926. Sirkuit ini mengandung 12 tikungan yang terdiri dari lima tikungan kanan, dan tujuh tikungan kiri. Sementara trek lurusnya sepanjang 900 meter. Secara teknis, sirkuit yang menjadi kebanggan Australia ini memberikan tantangan tersendiri. Selain hanya memiliki 1 trek lurus, sisanya berisi tikungan-tikungan landai dan tajam. Tapi, tikungan tersebut didesain untuk memberikan kesempatan overtake bagi pembalap. Selain itu, karena letaknya yang yang dekat dengan laut, maka faktor kelembaban dan hadirnya para burung, juga patut diperhitungkan. 😀
Kemampuan Stoner menjadi jawara di negeri sendiri menjadi fakta tak terbantahkan. Dan semuanya tidak selalu dimulai dari urutan pole saat start. Di musim 2007 misalnya, dalam kualifikasi, ia menempati urutan ketiga setelah Pedrosa (Pole) dan Rossi (2). Ia hanya mencatat waktu 0,6 detik dari waktu Pedrosa (1’29.201) dan 0,4 detik dari Rossi. Tetapi semuanya berubah total ketika lomba dimulai. Stoner justru menjadi pemenang dengan waktu 41’12.244. Rossi tertinggal enam detik. Bahkan Capirossi yang berada di urutan ketiga, tertinggal hingga 10 detik.
Hal yang sama diulanginya setahun kemudian. Padahal di saat itu, ia tengah dikritik habis-habisan karena performa yang menurun. Tapi Stoner memang memiliki mental juara, ia tidak perduli dengan semua itu. Ia tetap fokus. Saat kualifikasi, ia justru menempati posisi pole. Diikuti oleh Lorenzo dan Hayden. Dan saat lomba dimulai, baik Hayden maupun Lorenzo harus mengakui kepiawaian pembalap bernomor 27 ini. Finish di urutan pertama (40’56.463), Stoner memberikan jeda waktu 6,5 detik dari Rossi di posisi kedua dan 7,2 detik ke Hayden yang harus puas di urutan ketiga. Lorenzo malah “sial”. Ia ngos-ngosan ditinggal 11 detik! Dengan kecepatan rata-rata 150 km/jam diantara pembalap, Stoner benar-benar tak terkejar. Dalam kesempatan ini, ia berhasil membungkam para kritikus yang mengatakan dirinya tak kuat mental bersaing kembali dengan Rossi yang “bangkit dari kubur”.
2009 menjadi tahun yang penuh pergulatan bagi Stoner. Walaupun bersaing dengan ketat, dan menjuarai seri pembuka di Qatar, ia terpaksa absen tiga seri (Czech, Indianapolis and Misano) karena penyakit misteriusnya. Intrik dan kritik pun kembali diarahkan kepadanya. Tapi pria yang lahir 16 Oktober 1985 di Southport, Australia, ini langsung membungkam para kritikus. Muncul pertamakalinya sejak absen, ia langsung start di posisi ketiga dan berhasil finish di urutan kedua di seri Portugal. Kemudian, dua minggu berikutnya, di Philip Island, ia berhasil memenangi seri tersebut setelah melalui duel seru dengan VR46 a.k.a Valentino Rossi. Berselang 1 detik, Rossi harus puas di urutan kedua. Sementara Pedrosa yang berada di urutan ketiga, “nelangsa” ditinggal 22 detik oleh Stoner.
Seri 2010 ini, ekspektasi kemenangan Stoner sangatlah besar. Publik Australia tidak menginginkan adanya pemenang selain pria yang murah senyum tersebut. Apalagi dengan mundurnya Pedrosa yang masih cidera dari kecelakaan. Alhasil, Stoner makin berpeluang untuk menang. Dengan posisi start di depan, diikuti oleh Lorenzo dan Spies, Stoner tampak nyaman. Pasalnya, Rossi, dueller sejati, jauh diposisi ke-8. Dan langsung saja, saat lomba dimulai, Stoner melesat tanpa ragu. Dari catatan waktu, Lorenzo yang berada di posisi kedua, tidak mampu mengejar dan memperpendek gap waktu dengan Stoner. Lap pertama saja, gap antara keduanya sekitar 1 detik. Dan terus bertambah tiap lap. Saat memasuki lap ke sepuluh, Lorenzo tertinggal 3, 4 detik. Sementara Rossi, yang menempati posisi ketiga, tertinggal 10 detik. Dan saat lap ke-20, Stoner sudah tidak terkejar. Lorenzo sudah 5 detik tertinggal, sementar Rossi yang asyik berduel dengan Hayden terpaut 16 detik. Akhirnya, Stoner menang dengan catatan waktu 1’33.300. Delapan detik kemudian Lorenzo menyusul dan Rossi 17 detik di belakang!
Memenangi MotoGP empat tahun berturut-turut di sirkuit yang sama, bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini bisa ditanyakan kepada pembalap sekaliber Rossi sekalipun. Masalahnya, kondisi sirkuit tidak selalu sama. Mulai dari cuaca, performa mesin, kondisi pembalap maupun masalah lainnya. Itu sebabnya, mental pembalap sangatlah penting. Stoner membuktikan ia mempunyai mental yang kuat. Dari 2007 hingga 2010, saat kondisi terpuruk hingga kritik menyerang, ia tidak gentar. Ia tetap berlatih, berkonsentrasi, menggunakan pengalaman serta pengetahuan dan kerjasama tim untuk fokus bertanding. Dan ia tahu bahwa Philip Island adalah salah satu tempat untuk tidak mengecewakan Aussies. Bagi Stoner, Philip Island adalah “halaman belakangnya”. Tempat ia menunjukkan kebolehannya sebagai pembalap kelas dunia. Casey Stoner is The King of Philip Island!(hnr)