Naik Kereta Listrik Yuk?

“…naik kereta api, tut, tut, tut. Siapa hendak turut? Ke Bandung, Surabaya…” Sepenggal lagu Naik Kereta Api” yang hingga kini tidak diketahui siapa penciptanya itu, mengiang di benak saya, saat memasuki gerbong KRL commuter line Bekasi-Jakarta pagi ini.

Ya, lagu di atas seakan mengingatkan saya akan kenikmatan menggunakan kereta api waktu saya masih kecil.  Dan dalam konteks kekinian, hal itu masih relevan. Setiap harinya, puluhan ribu penumpang diangkut oleh moda yang sudah digunakan di Indonesia sejak 1864 ini. Baik untuk harian, maupun keperluan perjalanan jarak jauh antar propinsi, seperti mudik misalnya. Dan jujur saja, jika memungkinkan, setiap hari saya lebih memilih menggunakan kereta dibandingkan mengendarai motor. Toh sungguh tidak nikmat, mengalami panas yang menyengat, kehujanan hingga menahan emosi akibat kemacetan & tingkah laku pengendara begajulan di jalan raya Jakarta. Masalahnya adalah biaya. Hingga saat ini, biaya menggunakan kereta api masih jauh lebih mahal, dibandingkan menggunakan kereta api.

Hitungannya sederhana. Mana yang lebih ekonomis? Dalam sehari, menggunakan kereta commuterline (Bekasi-Jakarta PP), bisa mengeluarkan Rp. 13.000. Itu belum termasuk biaya menggunakan angkot ke dan dari stasiun. Anggaplah sehari saya harus merogoh kocek Rp. 15.000,- . Sementara, jika saya menggunakan sepeda motor, dana tersebut cukup untuk biaya bahan bakar selama 2 hari. Dari sini saja, bisa dilihat perbedaan yang cukup besar, hingga mendekati 50%. Tentu saja, wajar jika orang banyak memilih sepeda motor, dibandingkan kereta api. Walaupun demikian, masih banyak anggota masyarakat yang tetap memilih menggunakan jasa KRL.

Ramai Penumpang, tetapi masih tetap nyaman dengan AC.

“Awalnya saya naik motor ke kantor. Tapi kok semakin hari, merasa cepat lelah di jalan. Harus berangkat pagi buta, kena macet pula. Habis waktu saya di jalan.” ujar Roni (29) seorang karyawan swasta. “Akhirnya, saya pertimbangkan untuk naik kereta api. Memang sedikit lebih mahal. Tapi saya bisa isitirahat sepanjang perjalanan. Lebih enjoy.” Tambahnya kemudian.

Sementara, Sisca, seorang pekerja di pusat perbelanjaan Mangga Dua, juga mengatakan hal yang sama. “Naik motor ngeri euy! Orang naik motor asal-asalan. Kita lambat diklaksonin, padahal di depan juga lambat. Kita mau nyalib (mendahului), malah sering diserobot. Takut ah. Hampir setiap hari saya lihat orang terjatuh di jalan.” Ujar gadis berkacamata itu mengenang ketika ia masih menggunakan sepeda motor. Ketika ditanya soal biayanya ia hanya menjawab, “Gak apa-apa mahal sedikit. Yang penting gak pusing mikirin macet. Bisa baca koran lagi, atau ngegossip bareng temen. (Yuuukk…:D).

Jelang Stasiun Jatinegara, Lumayan lengang. 😀

Well, KRL memang harus bersaing dengan sepeda motor dalam hal merebut pengguna. Alasannya, apalagi kalau bukan biaya. Walaupun banyak juga yg memilih kereta sebagai moda andalan. Jika saja Jakarta memiliki jaringan MRT bawah tanah layaknya Singapura, mungkin kereta akan lebih cepat tiba, dan waktu tunggu bisa lebih dipangkas karena tidak bersinggungan dengan jalan raya. Misalnya dengan membangun jaringan kereta bawah tanah, atau semacam monorail. Jika demikian, mungkin akan banyak orang yang beralih ke kereta. Toh terbukti, masyarakat tidak keberatan membayar lebih, asalkan aman, nyaman dan bisa diandalkan. Bagaimanapun, lebih nikmat duduk di kereta, membaca koran, daripada harus bersabar mengarungi carut marutnya jalanan dan lalu lintas Jakarta.

Wah tak terasa, 50 menit setelah berangkat dari Bekasi, saya sudah tiba di stasiun Kota. Badan masih segar, tak berkeringat, pikiran tidak suntuk. Naik kereta yuk? (Hnr)

7 comments on “Naik Kereta Listrik Yuk?

  1. Kan bisa naik motor ke stasiun bekasi, banyak kok tempat penitipan motor disana., tinggal pilih yang menurut bro aman.

  2. Kereta Rel Listrik.. Bukan keret Api.. Hahahaha..
    Gw sekali nyoba naek kereta, sekarang jadi males naek motor jauh2.. hehehehe..
    Lebih cepet, lebih hemat, lebih nyaman walaupun dempet2an.. Hehehe..

  3. bagi yang memang setiap hari tujuannya hanya rumah – tempat kerja PP, emang lebih enak naik KRL or TeJe kalau nyaman (sayangnya belum nyaman, loe cobain naik KRL nya berbarengan jam org2 berangkat dan pulang kerja, rasakan bedanya :D),
    tapi kalau mobilitas tinggi, ntar2 dulu deh, biaya bisa membengkak berlipat2 hehehehe…

Tinggalkan Balasan ke Sendal bolong Batalkan balasan