“Gue kaget, kok tiba-tiba saja gue ngelewatin garis tengah saat menikung. Padahal sebelumnya, tikungannya tidak sesempit itu! Aseli gue kaget banget. Untung gak ada mobil dari arah sebaliknya.”
“Waktu itu gue mau ngedahuluin mobil di depan. Lampu sein udah gue nyalain. Eh tiba-tiba saja, saat gue mulai ngedahuluin, gue disalip juga sama motor lain. Gak ada klakson atau apapun! Anjrit, kalo gue sampe kesenggol, bisa berabe dah! An**** tuh orang!”
Kecelakaan tidak pernah disebabkan oleh satu faktor, melainkan banyak faktor. Jika anda tertib, tetapi pengendara di sekitar sebaliknya, besar kemungkinan terjadi kecelakaan. Dan mirisnya, anda justru menjadi korban. Dan bukan tidak mungkin, pengendara yang tidak tertib justru menuduh anda menjadi penyebab kecelakaan. Lalu bagaimana menyikapinya?
Ingat, berkendara memerlukan konsetrasi penuh. It’s a full time job, not freelance or outsource. Seorang instruktur pengendara motor, Joe “motorman” Paladino mengatakan mayoritas pengendara berbuat kesalahan di tahun pertamanya, dan mengulangi kesalahan itu di tahun-tahun berikutnya. Artinya, pemahaman yang salah akan tehnik, perilaku dan regulasi di jalan raya yang akan mencelakakan kita.
Kondisi lalu lintas selalu memberikan “tanda” akan adanya bahaya. Keluhan di atas adalah masalah awam yang kerap dialami oleh pengendara motor. Tentu saja masalah tersebut bisa diselesaikan dengan pendekatan dan perspektif yang berbeda. Lampu sein menyala, tidak menjamin si pengendara akan berbelok. Bersabarlah, menunggu tindakannya dan perhatikan kondisi di sekitar. Jangan membuat manuver mendadak. Tikungan tidak mendadak menyempit. Ini terjadi karena anda tidak berpikir sebelum memasuki tikungan dan memerhatikan tanda-tanda karakter tikungan tersebut. Tidak ada salahnya untuk mengecek spion dan blind spot saat hendak mendahului kendaraan di depan. Jangan karena terlalu fokus ke depan, tidak mewaspadai kendaraan di belakang.
Ingat, pola pikir ‘gue harus tiba di tujuan’ akan “membunuh” anda bahkan mungkin orang lain. Dengan bertambahnya kendaraan yang bisa mencapai ribuan unit per hari, jalan raya bakal dipenuhi oleh kendaraan yang punya kepentingan sama: tiba di tujuan. Ubahlah pola pikir anda dengan “tiba di tujuan dengan selamat dan tidak terlibat kecelakaan.” Dengan begitu sense of safety akan muncul dengan sendirinya. Perilaku kita otomatis akan mengikuti pola pikir.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya memelajari teknik berkendara yang benar, serta memahami resiko berkendara? Pastinya banyak yang membantah dan merasa sudah layak untuk mengendarai motor. Sehingga akan langsung menertawakan pertanyaan tersebut. Harus dipahami, mengendarai motor untuk sekedar bisa, dan mengendarai motor secara bertanggungjawab adalah dua hal yang berbeda. Secara teknis, mengendarai motor bukan hal yang sulit. Anak SD pun bisa. Permasalahannya, bagaimana mengendarai motor tanpa menyebabkan orang lain celaka? Inilah yang harus dipelajari.
Sayangnya, di Indonesia belum ada lembaga yang concern perihal ini. Kalaupun ada, masih bisa dihitung dengan jari, dan cenderung komersial. Belum ada lembaga seperti Motorcycle Safety Foundation (MSF) di Amerika Serikiat, Atau THINK! di Inggris. Kedua lembaga ini kerap mensosialisasikan keselamatan berkendara melalui websitenya. Brosur, tips hingga pengetahuan dasar berkendara dikemas dalam artikel menarik tanpa menggurui, dan bisa diunduh gratis via situs mereka. Untuk sementara, kita bisa mengolah materi tersebut, mencoba menerapkan hal-hal yang sederhana di aktivitas berkendara. Walaupun, tuntunan dari instruktur berpengalaman adalah hal yang penting. Selamat menikmati perjalanan, tanpa harus terlibat kecelakaan.(hnr)
iye tuh kadang-kadang kita udah nyantai, eh malah disenggol dari samping….
susah dah…..
Bener banget.. pastinya lebih waspada dan ikuti rambu2 yang ada .. Insya Allah sampe dengan selamat dan jangan lupa berdoa juga 😀
bleh diparkiran aja bisa kesundul orang … di lampu merah bisa kesundul “bences” …
serba salah. tertib jadi korban biker seruntulan. gak tertib dicibir orang….