Nih, Rasanya Touring Dengan Vixion Lightning

Vixion1Okay, semua orang sudah tahu Vixion Lighting bakal merangsek di pasaran awal tahun 2013. Mungkin minggu ini, para pemesan Vixion Lightning sudah bisa meminang motor injeksi terbaru dari Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) tersebut. Nah, penulis cukup beruntung diberikan kesempatan untuk menggunakan motor yang menjadi penerus sang raja di segmen sport 150cc tersebut.

Sebelumnya, mohon maaf, jangan mengharapkan penulis membahas torsi, power, tampilan, disain dan lain sebagainya. Sudah banyak blog (mainstream) dan media massa bidang otomotif yang membahas itu. Penulis yakin rekan-rekan media otomotif lebih mumpuni untuk bicara spesifikasi teknis dan ketebelecenya. Jika ada yang bertanya kenapa dibawa touring? Kenapa juga tidak dites di dalam perjalanan ibu kota? Alasannya sederhana, untuk apa mencoba motor baru di tengah kemacetan ibukota? Toh lebih enak menikmati pemandangan alam di jalur tengah dan selatan Jawa Barat ketimbang batuk menahan napas di belakang metromini yang udah uzur dimakan zaman.

Vixion3Tujuan touring kali ini adalah gugusan pantai di sekitar Pangandaran, tepatnya obyek wisata Green Canyon. Secara teori, jarak yang dianalisa dari Google Maps, kurang lebih 360an kilometer. Untuk itu, 3 hari sebelum perjalanan, penulis meminta masukan dari salah seorang mekanik bengkel resmi Yamaha. Maklum, belum pernah menggunakan motor injeksi, Carburator Lover :D. Belajar juga dari sang mekanik tentang tips n trik motor injeksi, soal bahan bakar hingga antisipasi kerusakan. Dan tidak lupa melakukan serangkaian tes berkendara di sebuah lokasi di timur Jakarta. Tentu saja lokasinya rahasia, hanya diketahui oleh Richard Hammon, Jerremy Clarkson & James May. 😀 Ok, berikut adalah kesimpulan penulis setelah menggunakan Vixion Lightning dalam perjalanan tersebut.

Start The Engine
Vixion2
Meninggalkan Bekasi di pagi hari, Vixion Lighting sangat responsif. Terutama ketika menghadapi padatnya lalu lintas di seputaran jalan arteri Kalimalang di Bekasi Timur hingga Karawang. Sialnya, karena kepadatan ini, penulis belum bisa merasakan kemampuan maksimal Vixion Lightning. Tapi ada blessing in disguise, di kondisi lalin stop n go tersebut, rem depan dan belakang bekerja dengan baik. Walaupun ini tergantung tehnik pengereman, tetapi terbukti rem Vixion Lightning tidak bikin kaget penulis saat merespon biker begajulan sontoloyo bin kampreto. Sejauh ini riding position di Vixion Lightning cukup memberikan kenyamanan ala naked motor sport. Walaupun harus sedikit beradaptasi dengan posisi dashboard/speedometer yang bagi penulis (ini sangat subyektif) terlalu rendah. Tetapi mungkin, ini didesain sedemikian rupa untuk menyiasati orang Indonesia yang rata-rata tingginya 160-165cm.

Top speed
“Berapa top speed-nya?” biasanya itu yang ditanyakan konsumen untuk motor/produk baru. Sayangnya, penulis bukan speed freak melainkan easy rider alias lebih suka riding sambil tebar pesona terhadap gadis-gadis lokal tanah Pasundan yang butuh boncengan ketimbang bejek gas kayak dikejar malaikat pencabut nyawa. Namun di jalan Karawang Ringroad, sempat juga tergoda untuk menggeber. Yah nyali di tubuh ini cuma berani melihat angka di speedometer digital memerlihatkan 115-120 kpj. Setelah itu, kecepatan diturunkan lagi. Kenapa? Yah maklum bro, ane bukan sembalap. Jadi milih selamet aje. 😀

Ergonomi Berkendara
Untuk pemerhati bahasa, mohon maaf sebelumnya, penulis tidak tahu apa sub judul di atas benar atau tidak. Tapi sudahlah, izinkan penulis berbagi tentang ergonomi berkendara. Sederhananya, segitiga berkendara yaitu posusu, eh posisi kita berkendara, terutama saat mengendarai sepeda motor.

Dengan tinggi badan 177 cm, dan berat badan 80an kilogram (ini masih bisa diperdebatkan), Vixion Lightning cukup pas. Kenapa dibilang cukup? Rentang tangan agak jauh ke depan. Namun lengan masih bisa membentuk posisi siku sebagaimana layaknya posisi berkendara yang baik. Badan pun tidak perlu condong terlalu ke depan. Bagi penulis yang terbiasa touring dengan Sport Fairing, lumayan enaklah. Tidak butuh waktu lama beradaptasi. Walaupun demikian, tetap saja waktu berkendara maksimal 2 jam jangan dilanggar, atau siap-siap pegal di pinggang atau pinggul. 😀

Tampilan
Vixion6
Lalu bagaimana dengan “looks”nya? Izinkan penulis mengatakan dengan sangat sederhana: dari belakang keren, dari samping apalagi, dari depan? Nah ini, entah kenapa agak kurang sreg. Kesan yang didapat penulis, lampu depannya kurang “menyatu” dengan keseluruhan desain. Tapi mengingat penulis bukan seorang motorcycle desainer, yah ini sekedar pendapat. Namun dari sisi lampu, penulis sangat menyukai desain lampu sein dan juga lampu belakang.

“Lighting”
Untuk pencahayaan saat berkendara di malam hari, penulis terbantu sekali dengan sinar lampu yang terang. Terlebih saat melibas jalur Banjar-Pangandaran yang minim penerangan lampu jalan, terbukti lampu Vixion Lightning memberikan penerangan yang cukup. Dan ada satu lagi yang membuat pengoperasian lampu bisa lebih maksimal yaitu adanya tuas/tombol high beam di bagian kiri stang. Ini mungkin terkesan sederhana, tetapi sangat fungsional ketika kita berkendara ke luar kota. Pasalnya, area luar kota biasanya minim penerangan dan komunikasi dengan lampu high beam kerap dilakukan antar kendaraan. Penulis sendiri merasakan manfaat maksimal dari tuas ini saat melibas jalur semi offroad dari Pangandaran-Green Canyon-Batu Karas. Ketika beberapa rekan biker dgn penerangan minim berjalan pelan-pelan sekali, Sementara penulis bisa melaju sedikit lebih cepat, dengan bantuan fungsi high beam secara maksimal untuk melihat jalur jauh di depan. Lalu bagaimana dengan siang hari? Vixion Lightning sudah menganut sistem AHO alias Automatic Head-lamp On dimana lampu depan menyala ketika mesin dinyalakan.

The Best of All: Handling
Mengapa Handling menjadi pamungkas? Bagi penulis, yang beberapa kali touring menggunakan N250, dengan riding position yang sedikit membungkuk, tentu saja tidak berharap banyak dari Vixion Lightning. Tetapi, justru sebaliknya. Vixion Lightning memberikan beberapa kejutan.

Salah satunya adalah akselerasi yang responsif. Terkadang, di motor dengan sistem karburator, pengendara harus “mengurut” akselerasi. Nah, Vixion Lightning untuk ukuran motor injeksi sangat responsif. Atau jangan-jangan ini karena penulis jarang menggunakan motor injeksi? 😀

Vixion7_editSelain mesin yang responsif, performa Vixion Lightning dalam melibas tikungan sungguh mengejutkan. Delta box Frame yang jadi andalan disinyalir menjadi sumber stabilitas Vixion Lightning. Bagi yang hobi turing, pasti tahu betul seluk beluk medan perjalanan dari Purwakarta-Wanayasa-jl. Cagak-Subang-Sumedang-Wado hingga tembus Malangbong. Jalan sempit, aspal mulus, tikungan tajam yang berlanjut ke tanjakan/turunan curam dengan belokan patah. Ini pendapat yang subyektif, tetapi penulis merasa puas dan melebihi harapan penulis yang awalnya sudah siap dengan gejala goyang di saat melibas tikungan tajam. Tapi itu tidak terjadi. Dengan kombinasi engine brake dan tehnik menikung counter balance, Vixion Lightning memberikan sensasi menikung yang cukup bikin dag-dig-dug. Engine brake pun tidak serta merta membuat motor menghentak ke depan, tetapi cukup halus hingga tidak membuat penulis kehilangan keseimbangan. Yang menarik adalah ketika melibas tikungan yang berbentuk “U” tiada habisnya, Vixion Lightning sungguh stabil, sampai penulis lupa, ini motor naked sport, bukan full faring. Kemampuan manuver berkendara itu, tentunya didukung oleh tapak ban yang lebih lebar (120/70) di bagian belakang. Dan jangan lupa juga monshock yang cukup stabil dan arm yang katanya desain baru.

Selain mantab di tikungan dan jalur pegunungan, Vixion Lightning juga patut penulis acungi jempol untuk medan semi offroad. Kenapa? Saat menuju area Batu Karas, penulis yang sudah kelelahan, terpaksa menempuh jalur sepanjang 20 kilometer dengan medansemi offroad. Walaupun ini tidak sesuai fungsinya, bisa dibilang, suspensi Vixion Lightning cukup mumpuni.

Vixion9_editEnough said. Kesimpulan penulis adalah, Vixion Lightning bisa dijadikan pilihan bagi penggemar motorcycle adventouring. Teknologi injeksi, frame delta box dan desain yang lebih segar bisa dijadikan referensi baru untuk menikmati indahnya alam perjalanan Indonesia dari atas tempat duduk sepeda motor. Soal performa dan teknologi mesin, monggo yang lebih paham membahasnya. Vixion Lightning, pas lah untuk touring. (hnr)

Ps: please jangan merusak desain Vixion Lightning dengan menempelkan strobo & sirene. 😀

Iklan

36 comments on “Nih, Rasanya Touring Dengan Vixion Lightning

  1. Ping-balik: Yamaha New Vixion Lightning, Lebih Bertenaga, Torsinya Nonjok…!!! « Safety First !!!

  2. apakah gejala penyakit lawas yang ada di vixon lama sudah diperbaiki oleh YMKI?
    seperti komstir yang mudah oblak dan bearing pada kaki-kaki yang pada kilometer tertentu sudah minta ganti?

  3. pagi maz bro maaf ganggu,
    maz kalo mesin vixion buat mudik umumnya harus berhenti mendininkan mesin setiap berapa jam yah?

  4. “”Yah nyali di tubuh ini Cuma berani melihat JARUM menyentuh angka 115-120 kpj.””

    Jarum ??
    Setau gue NVL udah pake Digital deh untuk spidometer ..

    • kurang nyaman saat berhenti karena kaki kurang panjang alias jinjit.coba diturunkan ketinggian sadel motornya (diskusikan sama bengkel).

      buat jarak jauh motor ini sangat nyaman dan irit.

  5. setuju juragan vixion lightning emang enak buat touring, walaupun badan sedikit bungkuk kedepan tapi pinggang gak cepat pegal walaupun diajak touring, ane udah test 2 x solo touring ke daerah cilegon banten, ergonomi nyaman, bensin irit ( asal isi pertamax ), responsif.

  6. Salam kenal,,, Bro
    Smg sehat sll,,,
    Mantap touring nya,,,,
    O yaaa,,,, CMIIW,,,, Mungkin,,, yg benar tulisan nya Vixion Lightning,,,, bukan Lighting,,,,, hehehe
    Trims,,,

  7. Mantap bro, saya juga pemakai motor ini sangat irit dan responsif tapi juga ada kekurangan…mesin agak kasar, pada kecepatan 80 km/j roda jika direm seperti mengalami slip/tergelincir mungkin karet ban harus dicari yg pas.

  8. Tulisan yang runtut dan enak dibaca.
    Saya tinggi badan 163cm, berat 75kg, agak jinjit sih…, tapi sudah terbiasa, gak masalah. Umur? hehe….dah tuir…44th. NVL saya hari ini pas setahun. Selama setahun menunggangi NVL yang terasa adalah bensin irit (selalu pertamax), stabil, tapi….sehabis pake motor di atas 20 menit atau setengah jam ke atas pegel pundak luar biasa. itu perjalanan harian rumah-kantor sekitar 18-20km (sehari pp sekitar 40km).
    Pernah terbersit, apa dijual lagi nih motor… pegel pundak minta ampun deh… apa faktor umur?
    Nah…kira-kira stang yang bagus untuk mengganti stang ori NVL apa ya? Old vixion, Scorpio, atau Megapro? saya gak suka pake stang baplang dan raiser. mohon pencerahan. hatur nuhun.

    • Sore om… Kebetulan sesama pengguna NVL..mengalami keluhan yg sama. Rasa pegal di pundak. Utk stang saya masih menggunakan stang ori NVL. Tapi saya tambahkan raiser AHRS. Bagi saya utk penggunaan harian dan jarak jauh (touring), cukup nyaman. Sdh tdk mengalami Rasa pegal lgi…

  9. saya pernah ganti pake raiser, tapi kesannya gak indah… mau pake byson terlalu lebar. makasih om sudah berbagi.

  10. saya pake vixion ,kondisi standar tekasan ban standart , kondisi medan lurus
    top speed sampe 130 km/h
    posisi badan aerodinamis
    cukup bagus untuk di geber

Tinggalkan Balasan & Jangan Tampilkan Link Lebih Dari 1.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s