Bagaimana rasanya touring menggunakan skutik? Itulah yang menjadi pertanyaan di benak penulis, saat seorang kawan mengajak mencumbui jalur aspal menuju Sawarna, daerah pesisir selatan pulau Jawa yang terkenal dengan pantai putihnya. Jika selama ini redbastard (N250) serta blackbastard (Karisma) sudah lama menjadi tunggangan mencumbui aspal, maka skutik sepertinya layak menjadi pilihan. Dan karena belum naksir kepada skutik apapun yang ada di pasaran, diputuskan untuk mencoba X-Ride dari Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Alasannya sederhana, desainnya nyeleneh dan unik, berbeda dengan kebanyakan skutik yang beredar. Apalagi dengan tampilan stang baplang dan naked dashboard, lebih sederhana serta mencuri perhatian. 😀
Senin (5/8) pukul 04.00 dinihari, meluncurlah Yamaha X-Ride menjadi Captain untuk Vario125 dan Karisma full box yang dipiloti oleh Ochep dan Windu. Jalan raya Kalimalang, Jakarta Timur, masih lengang walaupun ada beberapa pemudik bermotor melaju ke arah Bekasi. Walau sudah menggunakan kaus lengan panjang dibalut dengan jaket khusus riding, angin pagi nan dingin berhasil membuat tubuh sedikit menggigil. Alhasil, X-Ride dipacu kecepatan 50-60 kpj saja. Sepanjang Kalimalang- Jatiwaringin-Pondok Gede-Transyogi Cibubur-Cimanggis-Jalur Gas Alam-Jalan Raya Bogor, penulis berusaha menemukan posisi berkendara yang pas. Namun tetap belum berhasil, hingga kami bertiga bertemu bro Andry Berlianto, yang asyik menunggu di SPBU Warung Jambu, Bogor.
Lepas dari Warung Jambu, rombongan yang kini berjumlah 4 rider: 3 skutik, 1 sport, mulai memasuki wilayah Batu Tulis. Jalur alternatif menuju jalan raya Sukabumi tersebut dipilih untuk menghindari perjalanan memutar dan potensi macet di Ciawi. Udara Batu Tulis yang masih dingin makin merasuk ke dalam jaket yang penulis kenakan. Beberapa warga yang masih mengenakan sarung, terlihat berjalan kaki di pinggir jalan. Memasuki Cihideung, kabut tipis terlihat masih betah di permukaan jalan, pucuk pohon hingga pekarangan rumah warga. Lampu X-Ride yang menyinari jalanan seakan menyegarkan pemandangan pagi itu. Dan dari sinilah penulis menemukan posisi yang pas untuk mengendarai besutan terbaru Yamaha ini.
Jalur Batu Tulis hingga tembus Cigombong didominasi oleh jalur mulus nan sempit serta tanjakan dan turunan curam. Tak lupa, tikungan “seksi” ala jalan pegunungan juga menemani. Disinilah, di sela-sela menggigilnya tangan menahan terpaan angin pagi, X-Ride mulai didapatkan “sela”nya. Saat menikung dengan kecepatan sekitar 50 kpj, tidak ada gejala membuang ataupun sulit dikendalikan. Bagi penulis yang pertamakali touring dengan skutik, awalnya agak hati-hati menikung. Tetapi begitu ingat, ban belakang ukuran 100/70, yang artinya cukup lebar untuk skutik, menikung pun lebih berani dilakukan. Edan! X-Ride stabil dipacu saat menikung. Eit, tapi jangan lupa, tehnik menikungnya juga harus benar. Ingat, jalan raya bukan sirkuit. Safety First brada!
Saat tanjakan, X-Ride tidak menunjukkan gejala kehilangan “napas” alias kehabisan akselerasi. Mungkin, karena menggunakan roller yang lebih ringan (8 gram) ketimbang Mio, menyebabkan tarikan awalnya lebih responsif dan cocok melibas tanjakan curam. Kondisi jalur Cihideung hingga Cigombong seakan menjadi ajang pemanasan bagi penulis dan X-Ride sebelum melahap jalur Cikidang-Sawarna. Walaupun responsif di tanjakan, namun sedikit butuh waktu untuk menambah akselerasi saat di trek lurus. Tapi ini hal yang normal mengingat fokusnya adalah akselerasi di tarikan bawah, sesuai dengan karakter motor bertemakan petualangan pada umumnya.
Lepas dari Cigombong, langit pagi hari menyambut saat X-Ride dan rombongan tiba di jalan raya Sukabumi, Jawa Barat. Bus, truk container, mobil pribadi hingga sepeda motor berseliweran mulai meramaikan pagi di jalur vital yang menghubungkan Bogor dan Sukabumi itu. Walaupun sempat menemui kepadatan pagi khas pasar pinggir kota, X-Ride dengan setang lebarnya tidak kesulitan selap-selip diantara angkot dan mobil boks yang kerap berhenti tidak pada tempatnya. Harus agak perhitungan karena lebarnya stang X-Ride. So far so good.
Tiba di Cibadak menjelang jam 7 pagi, X-Ride langsung mengikuti rombongan memasuki kawasan Cibadak-Cikidang. Bagi yang pernah melewati jalur ini, sudah pasti teringat karakternya. Kiri-kanan pedesaan, sawah, hutan, perkebunan diwarnai dengan kontur tanjakan, turunan, tikungan S hingga tikungan patah yang disambut kembali dengan tanjakan atau turunan. Tipikal jalan raya mulus yang diidamkan motorcyclist manapun. X-Ride tidak menemui banyak masalah di jalur ini. Penulis yang mulai memahami karakter X-Ride, menikmati jalur aspal nan mulus di tengah heningnya pagi. Angin dingin yang menerpa seakan terlupakan saat sejauh mata memandang, kabut masih menggelayut di pucuk-pucuk pohon. Tapak ban lebar 100/70 (belakang) dan 70/90 (depan) terbukti memberikan stabilitas dengan efek samping kenikmatan tiada henti saat menikung. Saking enaknya, penulis cukup sering melakukan tehnik counter weight saat menikung. Hal ini dilakukan untuk mengkompensasi daya menikung (atau istilahnya, sentrifugal) dengan kecepatan tinggi. Hingga tiba di Pelabuhan Ratu, X-Ride memberikan rasa puas. Ergonomi berkendara sudah ketemu, akselerasi pas dan handling-nya mantab. Namun, penulis baru mengetahui bahwa justru melalui jalur Cisolok-Sawarna lah X-Ride akan kembali diuji.
Melanjutkan perjalanan menjelang pukul 10 pagi. Pelabuhan Ratu memberikan tampilan khas pesisir. Pasir, pantai, air laut, aroma ikan hingga gadis lokal manis bercelana pendek duduk di warung sambil tersenyum. 😀 X-Ride kembali dipacu memasuki Cisolok setelah sebelumnya tanpa masalah melahap tanjakan curam selepas Pelabuhan Ratu. Nah, setelah mengisi bensin, barulah diketahui konsumsi bensinnya. Setelah menghitung formula (seperti di artikel berikut), penulis menemukan bahwa jarak Bekasi – Cisolok = 155.9 km dan menghabiskan 3.37 liter premum. Artinya konsumsi bahan bakarnya adalah 46,2 km untuk setiap liternya. Premium dijadikan pilihan karena penulis ingin mengkondisikan perjalanan jauh tanpa tersedianya pertamax, seperti layaknya banyak daerah di luar kota besar.
Melanjutkan ke Sawarna, X-Ride dihadapkan pada medan yang menjadi trademark tipenya: jalan rusak bercampur kerikil. Penulis pun nyengir, ini dia nih yang dicari, ujar penulis dalam hati. Saatnya menguji X-Ride dalam medan yang sesungguhnya. Postur tangan pun diubah. Dengan setang flat bar-nya X-Ride memberikan fleksibilitas bagi lengan untuk membentuk sudut. Yah layaknya para penikmat motor trail. Tujuannya, supaya saat terjadi guncangan, tubuh tidak cepat lelah dan tangan tidak cepat pegal. Jalanan rusak pertama dilibas dengan kecepatan lumayan tinggi. Suspensi belakang lumayan empuk, namun yang di depan agak keras sedikit. Tapi untungnya, postur riding yang sudah diubah membuahkan hasil. Kondisi jalan semakin tidak bisa diduga. Kadang halus, kadang banyak berlubang dan rusak dicampur dengan kerikil. Beberapa kali sambil berdiri saat menghantam lubang kecil atau jalanan rusak menjelang tanjakan. X-Ride, dengan spesialisasi tarikan bawah, tidak punya masalah. Lagi, ground clearance yang lebih tinggi 2,2 cm ketimbang skutik pada umumnya memberikan kelebihan. Penulis tidak takut bagian bawah bakal berbenturan dengan batu atau kerikil. Sesekali menemukan jalur yang tricky; aspal sedikit halus, dengan ceceran kerikil pas di area tikungan. Dengan rem cakram 3 cm lebih lebar dibandingkan skutik lain, pengereman lebih responsif. Tidak perlu dibejeg, cukup diremas secara perlahan. Pengereman terbukti handal saat beberapa kali penulis harus menghindari pengendara motor yang mengerem mendadak saat menghadapi jalan rusak atau lubang. Namun, tidak ada masalah. X-Ride sudah menurut tuannya. 😀
Memasuki simpang Ciawi-Sawarna, rombongan disambut aspal yang lebih mulus, kondisi jalan yang lebih sepi. Kiri-kanan hanya ada hutan, dan sesekali pedesaan. Beberapa penduduk mencermati X-Ride. Maklum, tampangnya memang beda ketimbang skutik umumnya. Lagi, jalur mulus dengan bumbu tikungan tajam, tanjakan dan turunan curam menjadi “makan siang” X-Ride hari itu. Akselerasi mantap, rem responsif dan handlingnya yang stabil bikin penulis agak lupa diri. Akhirnya, setelah melewati berbagai macam jalur sepanjang 195 km dari Bekasi, Yamaha X-Ride, skutik terbaru YIMM, tiba di Sawarna dengan hanya mengisi ulang bensin 1 kali saja. Itulah dia, X-Ride Session to Sawarna dari seorang blogger. Sawarna, X-Ride, kapan mau coba?
pertamax bro!
mantab sharingnya!
Enaknya bisa dipinjamin X-Ride. Hehehe. Happy birthday, Om Bro.
wah, jadi pengen nyoba x-ride nih…
irit ya…
efek injeksi dan tangki yang besar kali ya?
@anggi, ukuran tangki variatif, yang penting konsumsi per liternya.
ya, standarnya sekitar segitu. 45-50 km ngabisin seliter. vario yg saya pake ke sekolah tiap hari, PP 70 km, ngabisin kurang dari setengah tangki, sebelum berangkat diisi penuh. volume penuhnya kan 3 liter ya. sukur sampai dengan selamat. ini namanya safety riding
akhirnya “skutik buat touring” hakhakhak.. asseekkk
cuk Rial monitor ???
Akhirnya … Huahahahahha
dat, pinjem X ridenya dong
pengin punya nih motor yang satu ini