Gelap Euy!

Blog Kalimalang_4Selasa (4/10) malam lalu, saya melalui jalan raya kalimalang. Tak disangka, saya mengalami kendala seperti yang kerap dibicarakan oleh beberapa teman. Bagi yang belum tahu, jalan raya Kalimalang adalah salah satu jalan propinsi yang menghubungkan Jakarta dengan kota pendukungnya; Bekasi, Cikarang, Cibitung dan sekitarnya. Dari sini pula, setiap hari, ribuan commuter pengguna angkutan umum dan sepeda motor mengakses ibu kota untuk mencari nafkah. Baik pengguna motor, mobil pribadi hingga kendaraan umum. Dan, saat ini jalan raya tersebut tidak pernah benar-benar sepi. 24 jam sehari, terjadi pergerakan kendaraan dari dan ke Jakarta.

Saat tulisan ini diturunkan, sedang dilakukan pembangunan jalan layang di sisi kiri (jika dari arah Bekasi) jalan raya tersebut. Ada yang bilang, ini adalah proyek jalan tol Becakayu (Bekasi, Cawang – Kampung Melayu), namun ada juga yang bilang jalur Transjakarta. Entah mana yang benar, karena tidak ada satu pun papan pengumuman yang bisa menjelaskan, proyek apa sebenarnya yang tengah dikerjakan.

Seperti yang bisa dilihat di gambar, posisi saya saat ini di seberang kampus Univ Borobudur, mengarah ke Pangkalan Jati (Bekasi). Gelap bukan? Yups, karena tidak ada penerangan sama sekali. Saat mulai berkendara, lampu depan blackbastard tidak mampu memberikan penerangan yang mumpuni. Untungnya, ada lampu dari mobil di belakang sehingga bisa membantu.

Blog Kalimalang_11

Lokasi: Menjelang Lamer Pangkalan Jati.

Lokasi: Setelah Kampus Borobudur, ke arah Pangkalan Jati.

Perjalanan saya lanjutkan ke arah pangkalan jati. Dan, kejadian lagi. Saya agak bingung, mana jalur yang boleh saya lewati, dan mana jalur yang dilewati oleh kendaraan dari arah berlawanan. Pasalnya tidak ada semacam garis pemisah atau separator. Dan kondisi permukaan jalan tidak rata sama sekali. Padahal ruas jalan Universitas Borobudur-Pangkalan Jati, justru ruas yang paling mulus.

Selepas Pangkalan Jati, yang lagi-lagi tidak dilengkapi lampu lalu lintas seperti biasanya, kembali saya menemukan potensi kecelakaan yang cendrung meninggi. Di depan jembatan Rumah Sakit Harum, bisa dibilang hanya insting pengendara yang bekerja. Tidak ada penerangan yang mumpuni, apalagi rambu jalan yang memberikan acuan arah yang jelas. Seperti foto di bawah ini. Penerangan jalan? Jangan harap. Saya beberapa kali menggunakan lampu tambahan yang membantu untuk mengantisipasi beberapa hazard di depan.

Lokasi di depan jembatan RS. Harum. Sumber pencahayaan dari lampu mobil.

Lokasi di depan jembatan RS. Harum. Sumber pencahayaan dari lampu mobil.

Kendaraan dari arah berlawanan sering menggunakan high beam (lampu jauh).

Lokasi masih sama, terlihat kendaraan dari arah berlawanan sering menggunakan high beam (lampu jauh).

Ketika tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali. Kayak di jalur Pantura. :)

Ketika tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali. Kayak di jalur Pantura. 🙂

Kondisi ini terus berlanjut hingga ke arah perempatan Lampiri, dimana justru di perempatan ini, kendaraan yang mengarah dari Curug/Jakarta ke Bekasi, malah tidak mempunyai lampu pengatur untuk dijadikan acuan.

Lokasi: Menjelang Persimpangan Transito, Kalimalang.

Lokasi: Menjelang Persimpangan Transito, Kalimalang.

Selepas perempatan Lampiri justru penerangan bisa dibilang lumayan.

Saya jadi membatin, bukankah perbaikan jalan, atau rekonstruksi jalan harus tetap memertimbangkan keselamatan pengguna jalan di sekitarnya? Tidak butuh seorang profesor untuk mengetahui hal itu. Seperti inikah standar proyek jalan yang dikelola oleh pemerintah kita? Tidak mengindahkan kaidah keselamatan jalan bagi orang di sekitarnya? Ah, andai saja hak untuk selamat di jalan benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Sepertinya memang negara jarang sekali hadir ketika bicara keselamatan di jalan raya. J

3 comments on “Gelap Euy!

Tinggalkan Balasan & Jangan Tampilkan Link Lebih Dari 1.