Pagi ini, saat sedang berkendara, saya tidak pernah mengira bakal mengalami kejadian “near missed”, sebuah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan kejadian yang nyaris terjadi, biasanya akrab dengan kecelakaan di jalan raya.
Saat mulai mengendarai blackbastard keluar dari sebuah komplek perumahan di bilangan Tambun, Bekasi, helm modular belum sempat saya tutup sepenuhnya. Bagi yang belum familiar, helm flip up atau modular ada jenis helm yang multifungsi; bagian depannya bisa dibuka sehingga menyerupai tipe open face atau ditutup sepenuhnya sehingga menyerupai helm full face. Beberapa saat menjelang jalan raya kalimalang, saya langsung menutup bagian depan helm tersebut. Lalu, tanpa peringatan apapun, tiba-tiba saja, “Pletak!”, sebuah benda, sepertinya menghantam helm saya di bagian depan. Saya pun berhenti, dan mengecek bagian depan helm tersebut. Ternyata, ada sebuah goresan di visor, tepatnya di sebelah kanan depan.
Saya tidak tahu benda apa yang menghantam visor tersebut. Melihat lecet yang ada di visor, saya perkirakan benda tersebut menghantam dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Atau bisa juga sebaliknya, karena saya yang sedang berkendara, maka kecepatan saya lebih tinggi ketimbang kecepatan benda tersebut.
Kejadian pagi ini mengingatkan saya akan kecelakaan yang dialami oleh Dani, adik dari Azdi. Saat mengalami kecelakaan, sang adik juga tengah menggunakan helm modular. “Biasanya sih, dia selalu buka itu bagian depannya. Tapi tumben, hari itu, sejak dari rumah, dia sudah tutup bagian depannya. Gak lama setelah itu, dia jatuh. Nah pas jatuh, kepala dia ngehantem separator, pas banget di muka. Gue gak bisa bayangin deh kalo itu bagian depan helm belum ditutup”. Ujar pria tambun penggemar band Girls Generation tersebut.

foto: wikipedia
Well, helm modular memang sejatinya dibuat, (mungkin) untuk memudahkan pengendara motor yang hendak melakukan aktivitas tanpa perlu melepas helmnya, seperti membaca peta, bertanya kepada penduduk sekitar hingga mungkin membaca alat GPS atau ponsel. Namun entah kenapa, seringkali terlihat para penggunanya menggunakan helm jenis ini, dengan bagian depan terbuka, saat masih berkendara. Saya salah satunya.
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah. Sepertinya tepat sekali untuk kejadian ini. Sekali lagi, untungnya, kejadian yang saya alami tidak fatal. Jika saya terlambat sepersekian detik saja, maka kejadiannya bakal berbeda 180 derajat. Jika benda tersebut, apapun itu, menghantam mata saya, bakal lain pula isi tulisan ini. Ride safe ebribodih. 🙂
Merk helmya PIPRO ya KK? Pantes gampang lecet, coba ganti HIURAI 😆