Brebes, pukul 2 sore, pertengahan 2012 lalu. Matahari memberikan sinarnya yang maha terik. Saya yang tengah menempuh kecepatan 70-80 km/jam, langsung mengurangi kecepatan saat melihat antrian kendaraan di depan. Ratusan kendaraan berjejer rapi bagaikan mobil di tempat parkiran. Mulai dari minibus, sedan, truk trailer hingga bis antar kota, para “penghuni tetap” jalur pantura. Kali ini, saya tertinggal OBIwan yang sudah terlebih dahulu menuju Semarang.
“Ayo pak ikut saya, lewat kanan saja, ada jalur!” ujar seorang tukang ojek meminta saya untuk mengikutinya. Saya pun mengikutinya. Baginya, yang mengendarai motor bebek, sungguh mudah menyelip diantara truk dan bus serta kendaraan lainnya yang tengah berhenti. Tetapi tidak bagi saya, yang kebetulan sedang menunggang redbastard, julukan saya untuk si merah kawasaki Ninja250R. Body yang lebar, disertai spion yang lebar pula, membuat saya harus melakukan perhitungan super cepat namun tepat di sela-sela kendaraan besar ini. Setelah saya ikut si pengojek tersebut, ternyata, ia justru melawan arus, dengan berkendara di sisi lajur yang lain. Sungguh saya hanya bisa menggelengkan kepala. Melakukan kontra flow di luar kota, saat jalanan sedang macet? bad idea.
Baca lebih lanjut