Menerabas Kemacetan Dengan Friction Zone

Blog_Brebes, pukul 2 sore, pertengahan 2012 lalu. Matahari memberikan sinarnya yang maha terik. Saya yang tengah menempuh kecepatan 70-80 km/jam, langsung mengurangi kecepatan saat melihat antrian kendaraan di depan. Ratusan kendaraan berjejer rapi bagaikan mobil di tempat parkiran. Mulai dari minibus, sedan, truk trailer hingga bis antar kota, para “penghuni tetap” jalur pantura. Kali ini, saya tertinggal OBIwan yang sudah terlebih dahulu menuju Semarang.

“Ayo pak ikut saya, lewat kanan saja, ada jalur!” ujar seorang tukang ojek meminta saya untuk mengikutinya. Saya pun mengikutinya. Baginya, yang mengendarai motor bebek, sungguh mudah menyelip diantara truk dan bus serta kendaraan lainnya yang tengah berhenti. Tetapi tidak bagi saya, yang kebetulan sedang menunggang redbastard, julukan saya untuk si merah kawasaki Ninja250R. Body yang lebar, disertai spion yang lebar pula, membuat saya harus melakukan perhitungan super cepat namun tepat di sela-sela kendaraan besar ini. Setelah saya ikut si pengojek tersebut, ternyata, ia justru melawan arus, dengan berkendara di sisi lajur yang lain. Sungguh saya hanya bisa menggelengkan kepala. Melakukan kontra flow di luar kota, saat jalanan sedang macet? bad idea.
Baca lebih lanjut

Iklan

“Oleh-oleh” Dari Semarang

Menunggu Sepur @ Stasiun Tawang.

Menunggu Sepur @ Stasiun Tawang.

*Tulisan ini merupakan rangkaian artikel touring OBI ke Semarang,  untuk menguji kekuatan sinyal XL sepanjang Pantura.* 

Saat tulisan ini diposting (24/07), obiwan (anggota otobloggers Indonesia) yaitu benny, adi, edo, rio & penulis tengah menuju Jakarta dengan menumpang kereta api Argo Anggrek.

2 hari lalu kami masih berjibaku dengan kepadatan dan tingkah polah jalur pantura, yang biasa digunakan untuk mudik. Tujuh motor, tujuh blogger, tujuh karakter dengan satu tujuan. Yaitu menguji kehandalan sinyal salah satu operator telekomunikasi dan merasakan jalur pulang kampung yang beberapa minggu lagi akan dicumbui oleh jutaan pemudik.

Menarikkah perjalanan ini? Tidak mungkin dikatakan tidak. Banyak cerita yang layak dibagi dengan pembaca, dan ada juga informasi yang mesti diketahui. Ada kisah jenaka yang mengundang tawa, hingga realitas sosial yang mengiris hati. Semuanya, langsung dialami sendiri oleh obiwan tanpa embel-embel dramatisasi ala sinetron murahan.

Yang pasti kami siap berbagi dengan pembaca sekalian. Saat tulisan ini saya buat di handset blackberry, kemampuan menahan lelah dan ngantuk saya kembali diuji. Sementara, obiwan lainnya juga langsung sibuk dengan pc-tablet dan gadget masing-masing. Padahal, dari raut wajah mereka tersirat rasa lelah luar biasa. “Fisik boleh letih, tetapi semangat ngeblog harus tetap ceria.” Demikian ungkap bro Edo menyemangati obiwan.

Dalam waktu 5 jam, kami akan kembali menapaki ibu kota Jakarta yang lalu lintasnya dikenal sadis. Semoga keinginan untuk berbagi kepada teman-teman pembaca tidak mengendurkan niat untuk langsung ngeblog, bukan malah pingsan di kasur. 😀 (hnr)

Posted with WordPress for BlackBerry.

Tour de Semarang, makan siang @ Blanakan.

*Tulisan ini merupakan rangkaian artikel touring OBI ke Semarang,  untuk menguji kekuatan sinyal XL sepanjang Pantura.*

Kurang lebih 3 jam setelah melakukan perjalanan dari Jakarta, tim obiwan a.k.a otobloggers tiba di Blanakan, kawasan pantura. Tapi bukan tanpa cerita seru ala obiwan.

Setelah “dihajar” habis-habisan oleh kemacetan sepanjang Bekasi, rombongan yang terdiri dari 7 sepeda motor ini mulai menambah kecepatan. Bahkan saat melalui Karawang ring road, formasi langsung “bubar jalan” alias masing-masing mencoba top speed kendaraan mereka.

Formasi terus berubah hingga akhirnya berkonsolidasi di daerah blanakan, dimana penulis & bro Edo menikmati nasi uduk ala Ciasem. Sementara kawan-kawan yang lain menikmati soto ayam dan pecel. Selanjutnya, akan bertemu dengan bro Yudi di Batang. Maksi dulu bro… (Hnr) terkirim via jalur lintas barat sumatera tanpa menggunakan rem :p