Minggu (28/11) malam, entah mengapa agak gelisah. Mungkin karena sore yg mendung, sehingga gagal jalan-jalan sore dengan redbastard. Tapi apa mau dikata, kalau libido berkendara sudah di ubun-ubun? Alhasil, dengan sedikit aksi “kompor meledug” ke bro benny, jadilah kami berdua meluncur, menikmati sepinya lalu lintas Jakarta. “Jakarta ok banget kalo begini,” ucap Benny saat kami berhenti di sebuah perempatan.

Foto diambil sebelum diusir security. 😀 Lokasi: SCBD.
Bayangkan saja, jalur yang kami tempuh adalah Gatot Subroto, Sudirman, Fatmawati, SCBD hingga Hotel Indonesia. Itu semua adalah jalur yang menguras tenaga di pagi hari. Tapi saat minggu malam kemarin, kami berdua bagaikan berkendara di luar kota. Lalu lintas sepi, kebanyakan sepeda motor yang berseliweran. Saking sepinya, saya sempat “mengejar Benny hingga kecepatan 100 km/jam. Bahkan kami sempat “rebah” menikmati tikungan jembatan Semanggi. Suatu hal yang mustahil di jam kerja. Setelah itu, kami merapat ke minimarket 7 Eleven di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Dan seperti biasa, ngegossip ala blogger.
Dari “sesi” gosip tersebut, justru muncul ide-ide segar untuk membuat artikel blog. Bahkan suasana makin “segar” saat para bences mengampiri konsumen 7 Eleven yang ningkring di luar. Ini memang pertamakalinya, saya dan mungkin Benny, berkendara di malam hari (yang larut). Bahkan mungkin tepatnya dini hari. Melalui jalan protokol, lalu lintas yang sepi dan dilanjutkan ningkring hingga larut dalam perbincangan. Sebuah aktivitas yang patut dicoba.
Aktivitas ini bisa dicoba pada malam Sabtu, malam Minggu atau bahkan minggu malam. Durasi 1-2 jam saja, dengan 3-4 orang kawan berkendara. Lalui saja jalan protokol yang biasanya ramai di pagi dan sore hari. Jaga kecepatan antara 50-70 km/jam. Dan jangan lupa, tentukan titik akhir perjalanan. Seperti tempat makan, atau toserba 24 jam yang kini menjadi tren tempat tongkrongan. Tentunya, tanpa bergaya ala biker alay. Night riding? Siapa takut. (hnr).
Menyukai ini:
Suka Memuat...