Menerabas Kemacetan Dengan Friction Zone

Blog_Brebes, pukul 2 sore, pertengahan 2012 lalu. Matahari memberikan sinarnya yang maha terik. Saya yang tengah menempuh kecepatan 70-80 km/jam, langsung mengurangi kecepatan saat melihat antrian kendaraan di depan. Ratusan kendaraan berjejer rapi bagaikan mobil di tempat parkiran. Mulai dari minibus, sedan, truk trailer hingga bis antar kota, para “penghuni tetap” jalur pantura. Kali ini, saya tertinggal OBIwan yang sudah terlebih dahulu menuju Semarang.

“Ayo pak ikut saya, lewat kanan saja, ada jalur!” ujar seorang tukang ojek meminta saya untuk mengikutinya. Saya pun mengikutinya. Baginya, yang mengendarai motor bebek, sungguh mudah menyelip diantara truk dan bus serta kendaraan lainnya yang tengah berhenti. Tetapi tidak bagi saya, yang kebetulan sedang menunggang redbastard, julukan saya untuk si merah kawasaki Ninja250R. Body yang lebar, disertai spion yang lebar pula, membuat saya harus melakukan perhitungan super cepat namun tepat di sela-sela kendaraan besar ini. Setelah saya ikut si pengojek tersebut, ternyata, ia justru melawan arus, dengan berkendara di sisi lajur yang lain. Sungguh saya hanya bisa menggelengkan kepala. Melakukan kontra flow di luar kota, saat jalanan sedang macet? bad idea.
Baca lebih lanjut

Iklan

KETIKA ALAS ROBAN MENYAMBUT OBIWAN

*Tulisan ini merupakan rangkaian artikel touring OBI ke Semarang,  untuk menguji kekuatan sinyal XL sepanjang Pantura. Perjalanan ini dilakukan dari 23-24 Juli 2011*

Two is one, one is none”, adalah kutipan dari dialog film “GI JANE” yang dibintangi oleh Demi Moore. Film yang mengisahkan perjuangan seorang perwira wanita angkatan laut Amerika, untuk menjadi anggota kesatuan elit: NAVY SEAL. Kata-kata tersebut diucapkan oleh salah seorang instruktur SEAL. Maksud sang instruktur cukup jelas; siapkan segala perlengkapan dan peralatan kemanapun misinya. Mungkin, kata-kata tersebut yang cocok menggambarkan bagaimana persiapan obiwan merencanakan perjalanan jauh, disertai perlengkapan berkendara yang baik membuahkan hasil.

Jumat (22/07) malam, usai mampir ke “gubuk” bro Yudi (demikian bro Yudi menyebutnya), dan menikmati kopi (super mantab) serta beberapa porsi martabak telor, obiwan yang tersisa melanjutkan perjalanan. “Bro, nanti kalau ketemu truk dan bus yang sembrono dan nekat, ngalah saja yah. Itu memang daerah kekuasaannya. Yang penting tiba selamat di Semarang.” Ujar bro Yudi mengingatkan penulis dan obiwan lainnya. Dengan formasi Rial, Marlin, Adi, Edo dan penulis sebagai sweeper (nasib punya mesin 250cc :D), obiwan melanjutkan perjalanan. Tidak ada yang bakal mengira, bahwa Alas Roban punya kejutan untuk kami.

om Edo, bersiap menghadapi hujan di Alas Roban

Semua diawali ketika memasuki kawasan Alas Roban, group riding obiwan harus berjibaku dengan truk dan bus yang berlagak ala raja jalanan. Manuver-manuver “mahluk malam pantura” ini sungguh tidak bisa dipandang remeh. Dengan jalan raya minim penerangan, kontur pegunungan, kami pengendara roda dua bagaikan semut diapit gajah-gajah liar.

“Kayaknya cuma hujan gerimis deh.” ujar Rial saat obiwan berhenti sejenak menyikapi butir-butir air yang mulai jatuh membasahi bumi. Akhirnya disepakati untuk terus berjalan. Tetapi tidak sampai 3oo meter berkendara, Baca lebih lanjut