Bagian Kedua Dari Tiga Tulisan.
Catatan: Atas permintaan, nama-nama para narasumber, tempat tinggal dan lokasi pekerjaan tidak dapat disebutkan. Namun demikian, cerita di bawah adalah nyata adanya.
Mamat. Tetap Semangat!
Lain padang lain pula ilalang. Jika Satrio sudah menyiapkan semuanya dan berusaha mengantisipasi masalah yang muncul dari keputusannya, namun tidak demikian dengan teman yang satu ini. Baginya, rencana tidak selalu berjalan mulus.
Saat menikah setahun lalu, Mamat (30) berencana untuk mengontrak rumah sendiri, mencicil membeli kendaraan motor sendiri hingga bermimpi untuk memberikan pengobatan bagi sang Ayah yang sakit-sakitan. Tapi apa daya, rencana tinggal rencana.
Ia kini tinggal di rumah mertua. Jatah sepetak rumah dari mertua jadi rebutan diantara saudara istrinya. Mamat akhirnya memilih mengalah demi menghindari konflik. Selain itu, bisnisnya di sebuah perusahaan MLM pun berjalan di tempat akibat ketidakberesan administrasi. Awalnya ia bingung. Kembali ke tempat penjualan handphone dimana ia terakhir bekerja adalah pilihan yang buruk. Mamat pun berusaha mencari pekerjaan lain. Saat terpuruk itu, untungnya sang istri masih bekerja. Jadi, untuk sementara keuangan mereka ditopang sang istri. Tapi itu pun tidak berlangsung lama.
Awal tahun 2009, sang istri terkena PHK dari tempatnya bekerja. Mamat bingung bukan kepalang. Sebab, sang istri mendapat penghargaan karyawan terbaik di divisinya selama 3 tahun berturut-turut. Istrinya juga tidak pernah absen selama bekerja serta tidak pernah membuat masalah. Dan karena statusnya yang kontrak, maka sang istri tidak mendapat pesangon sama sekali. Alasan pihak perusahaan adalah karena kondisinya yang berbadan dua, maka dia tidak mungkin dipertahankan. Mamat sebenarnya geram dengan alasan itu, namun dia tidak bisa berbuat banyak. Kini dia lebih memilih fokus untuk mencari nafkah demi kepentingan istri dan bayi yang dikandungnya.
Awalnya tidak mudah mencari pekerjaan. Apalagi dengan umur yang cukup tua (30 tahun) dan ijazah STM yang dimilikinya. Namun setiap kali ia mengingat istrinya yang tengah hamil, ia kembali berusaha untuk mencari peluang pekerjaan. Akhirnya ia pun mendapatkannya. Ia bergabung ke dalam sebuah yayasan penyakit kanker sebagai konsultan. Pekerjaannya adalah melakukan presentasi tentang penyakit kanker dan memasarkan obat untuk membantu menghilangkan resiko penyakit tersebut.
Sekilas mudah, tapi tidak demikian kenyataannya. Untuk awalnya ia harus rajin mengirim surat ke sekretariat-sekretariat organisasi keagamaan, kelurahan/kecamatan, instansi pemerintah hingga komplek-komplek perumahan untuk menawarkan presentasi. Setelah itu harus sabar menanti jawaban, apakah diizinkan presentasi atau malah diacuhkan sama sekali. Beberapa kali suratnya tidak dibalas. Tapi ia tidak menyerah. Ia kembali mencari tempat atau komunitas yang potensial untuk didatangi. Setiap hari, setiap pagi, selalu saja ada surat yang dikirimkannya sendiri door to door. Beberapa bulan kemudian, kegigihannya membuahkan hasil. Beberapa komunitas merespon. Mereka minta jadwal presentasi. Sejak itulah, presentasi demi presentasi yang berujung kepada penjualan, didapatinya. Kini, ia semakin rajin mengirim surat, melakukan follow-up hingga belanja produk. Bonus dari penjualan produk itu hingga kini cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kini, minimal setiap minggu ia mempunyai jadwal presentasi ke satu tempat.
Mamat tidak tahu sampai kapan ia akan melakukan hal ini. Namun baginya, yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia memberikan yang terbaik bagi sang istri dan sang bayi yang dikandung. Bagi Mamat, faktor inilah yang membuatnya untuk bersemangat melakukan presentasi produk kemanapun. Baik pagi, sore maupun malam. Baginya, menyerah tidak ada dalam kamus kehidupannya. Demi anak dan istri, ia akan tetap semangat menjalani profesinya.