Helm Cargloss, Terinspirasi Dari Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Demikian kata pepatah. Mungkin itu juga yang membuat Harry Suherman, Presdir PT.  Mega Karya Mandiri (MKM)memutuskan untuk lebih serius menggarap bisnis helm. Awalnya, MKM adalah produsen cat yang sudah malang melintang bermain di industri pengecatan spare part otomotif. Namun seiring dengan perkembangan zaman, ekspansi bisnis pun mulai dilakukan. Salah satunya adalah memroduksi helm. Paling tidak, itulah yang tersadur saat Koboi (Komunitas Blogger Otomotif Indonesia) diberikan kesempatan untuk mengunjungi pabrik helm Cargloss yang berlokasi di daerah Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Selasa (08/06) lalu.

Catatan Redaksi: proses produksi akan dimuat dalam tulisan berikutnya

Awalnya, Harry, sang presdir yang ramah senyum dan getol mengobrol ini,  hanya berminat memproduksi helm dengan kualitas dan desain yang tidak terlalu menonjol. Walapun tetap sesuai standar yang berlaku. Namun satu kejadian mengubah pikiran sang Presdir yang juga pengendara Honda Goldwing ini. Adalah kecelakaan yang dialami oleh salah seorang anaknya yang tengah berkendara motor, yang membuatnya untuk lebih serius menggarap bisnis helm. “Anak saya waktu itu mengalami kecelakaan sepeda motor. Dia menggunakan helm, tapi saat kejadian, helmnya terlepas. Untungnya, setelah melalui berbagai macam tes dan scanning, cideranya hanya ringan dan tidak fatal. Luka dalam pun tidak parah. Saya bersyukur. Tetapi, hal itu jadi perenungan saya. Jika saja kejadian itu menimpa karyawan saya, atau mungkin masyarakat yang kurang mampu. Dampak ekonominya benar-benar besar. Bayangkan, berapa besar biaya untuk scan, rawat inap dan berobat? Bisa puluhan juta. Bisa bangkrut si korban. Atau jika tidak punya uang, efek traumatisnya bisa berkepanjangan dan mengganggu secara psikologis maupun ekonomi. Dari situ kemudian saya berpikir, tidak semua orang seberuntung saya. Maka mulailah saya berpikir bahwa dengan memproduksi helm yang aman, kita bisa meminimalisir resiko dan dampak dari terjadinya sebuah kecelakaan,” ujar pria berkacamata tersebut.

Harry Suherman (Presdir) , tengah menjelaskan bagian dalam helm.

Imron Rosadi (GM Marketing) menjelaskan tentang struktur dasar sebuah helm.

Harry juga menambahkan bahwa bertepatan dengan keinginannya tersebut, ia pun mulai serius meriset berbagai hal berkaitan dengan produksi helm. “Nah, saat itu, dari pihak Yamaha Indonesia berkata kepada saya bahwa kami (MKM) harus mempunya alat uji sendiri yang sesuai dengan SNI 1811:2007. Jika kami punya itu, berarti serius ingin terus memroduksi helm untuk Yamaha. Saya maklum itu, Yamaha sangat perduli terhadap kemampuan proteksi helm untuk konsumennya. Mereka tidak mau memberi helm yang abal-abal. Nah gayung sepertinya bersambut. Kejadian yang menimpa anak saya, dan juga masukan dari Yamaha, saya anggap seperti petunjuk untuk mulai serius menggarap bisnis ini,’ tambahnya sambil menyeruput kopi.

Mesin penguji helm pun dipesan dan didatangkan secara khusus dari Italia. Tak tanggung-tanggung, biayanya mencapai milyaran rupiah. Lalu mesin-mesin molding atau cetakan rangka dasar helm juga diperbanyak. Tak lupa desain decal helm mulai bervariatif. Bagi Harry, ini menunjukkan bahwa MKM benar-benar serius. Di satu sisi, perduli terhadap keselamatan pengendara, dan di sisi lain siap bersaing secara kompetitif dengan produsen helm pemain lama. Dari sanalah, MKM mulai memroduksi helm ber-SNI 1811:2007. Baik untuk produsen motor seperti Yamaha, maupun secara retail.

Segmentasi Produk & Distribusi
Untuk persaingan, Harry sadar betul bahwa MKM masih “anak baru” di belantara dunia helm lokal. Tapi bukan berarti dia tinggal diam. “Kami sadar betul bahwa sudah banyak pemain lama yang dari tahun 1970-an sudah memproduksi helm. Sementara MKM masih dibawah 5 tahun. Jadi targetnya realistis saja lah. Kita berusaha memperkenalkan kepada konsumen secara perlahan,” jelasnya lagi.

Berkaitan dengan segmentasi produk, Harry tetap menggunakan merk Cargloss. “Sebenarnya saya sih mau ganti. Tapi tidak tahu kenapa, susah sekali cari penggantinya. Tidak ada yang cocok. Ribet cari nama pengganti. Ya sudah, kita gunakan nama Cargloss.” Ujarnya dengan senyum. Dan dari pengalaman hidupnya ia paham betul bahwa sebuah kepercayaan terhadap sebuah merk tidak bisa dibangun dalam semalam. Untuk itu, ia berusaha memanfaatkan kelebihan pengalamannya dalam produksi cat.

Helm Glow in The Dark

Memancarkan Sinar di Kegelapan

Helm Dengan Efek Warna Pelangi


Cargloss mempunyai beberapa produk helm yang menarik. Sebutlah salah satunya helm dengan fitur glow in the dark. Dengan fitur ini, jika helm berada di tempat yang gelap, maka permukaannya akan memancarkan warna hijau fluoerescent. Dari sisi safety, tentu fitur ini akan dapat dilihat pengendara lain. Durasi pancarannya bisa mencapai empat jam. Lalu ada juga helm yang catnya sensitif terhadap perubahan suhu. Jika kena suhu panas, warnanya berubah atau sebaliknya. Bahkan ada helm yang memancarkan warna-warni jika terkena kilatan lampu atau cahaya. Semua kelebihan ini memang dimanfaatkan Cargloss sebagai kekuatan produknya dalam bersaing dengan kompetitor. Sementara untuk tipe helm, Cargloss menyediakan tipe open face, full face dan modular (flip up).

Sementara untuk distribusi, Cargloss mempunyai segmen yang kuat di Bogor dan sekitarnya. “Boleh di tes. Coba tanya orang Bogor, kenal merk Cargloss? Saya jamin pasti ada yang kenal. Makanya ada istilah, Cargloss helmnya orang Bogor!” kelakarnya yang disambut tawa Koboiers.

DoubleD-Ring
Nah salah satu yang kini tengah disiapkan adalah fitur double d-ring di helm sebagai pengunci dagu/chinstrap. Namun, Harry mengakui, menggunakan pengikat dagu seperti ini memang kurang favorit di masyarakat. “Kita sudah coba survey. Mayoritas masyarakat mengaku tidak nyaman dengan model double d-ring. Ribet. Mereka lebih nyaman menggunakan model buckle atau yang bunyi ‘klik’ jika dikunci. Yah, kita coba beradaptasi lah dengan keinginan masyarakat. Yang penting unsur keselamatannya tetap terjaga. Walaupun saya pribadi menganjurkan model double d-ring lebih mumpuni,” jawab Harry saat ditanya perihal fitur tersebut.

Mekanisme Double D-ring. helmetboys.com

Harry juga menambahkan perihal konsekuensi ekonomis yang harus diterima jika menggunakan double d-ring. “Ring yang kita gunakan bukan besi biasa. Melainkan dari bahan stainless steel yang kuat dan anti karat. Mencari produsen bahan itu yang agak susah. Dan harganya pun lumayan mahal. Otomatis berpengaruh pada biaya produksi dan harga jual. Untuk saat ini, khusus double d-ring, kita terima custom order. Artinya jika ada komunitas atau klub yang mau memesan dengan desain dan tema khusus serta ingin menggunakan double d-ring, kita bisa adakan. Kuotanya 50 pcs,” tambah pria yang juga gemar touring tersebut.

Harry tidak sendirian saat berdiskusi dengan Koboiers. Hadir juga A. Handoyo (GM Operational), Imron Rosadi (GM. Marketing) serta Bernard Santosa (Manager Retail). Tak lupa juga hadir Eric, anak Harry yang mengalami kecelakaan dan Jimmy Boen (Store Manager). Lalu mendadak hadir Jusri Pulubuhu, Training Director dari JDDC (Jakarta Defensive Driving Consulting). Pertemuan ini juga difasilitasi oleh JDDC melalui bro Andry Berlianto.(hnr)

Kunjungi www.cargloss.co.id untuk info produk.

9 comments on “Helm Cargloss, Terinspirasi Dari Pengalaman

  1. Di pasaran saya belum menemukan helm ini. Kalau daerah Bekasi ada distributornya gak bro? Rentang harganya berapa? kayaknya menarik ini helm.

    • imho, sebenarnya sih sama aja bro… cuma kalo prj kan semua produsen berbagai jenis barang ikut tawuran… karena konsumennya juga orang awam… kalo IIMS, cuma otomotif doang. Jadi lebih selektif konsumennya… begitu bro…

      smart bastard!

      https://bodats.wordpress.com

  2. Ping-balik: Helm Cargloss DD-Ring: Mantap! « alonrider

Tinggalkan Balasan ke bodats Batalkan balasan