Lagi, Pesepeda Jadi Korban Jalan Raya

“Harap diingat, jalan raya adalah Killing Field (Ladang Pembantaian)!”, tegas Jusri Pulubuhu, Head Instructor JDDC (Jakarta Defensive Driving Consulting) saat berdiskusi dengan penulis di sela-sela acara Koboi (Komunitas Blogger Otomotif Indonesia) mengunjungi pabrik helm Cargloss beberapa minggu lalu. Pernyataan Jusri tersebut bukan menakut-nakuti atau sekedar pepesan kosong. Salah satu bukti nyatanya adalah kejadian yang menimpa kelompok pesepeda Rocketers yang anggotanya sebagian besar berdomisili di Tanggerang dan Bintaro.

Sabtu (12/6) lalu, Adi Nagara, seorang pesepeda, tewas tertabrak mobil box bertuliskan “Indomaret” saat sedang bersepeda bersama kawan-kawannya menuju Bogor. Saat itu, menurut rekan perjalanannya, Adika, rombongan berjalan sesuai prosedur. Yaitu satu baris terbagi beberapa kelompok kecil. Almarhum sendiri berada di kelompok tengah, dengan kecepatan sedang. Nah saat itulah, menurut Daniel, yang juga rekan perjalanan korban, mereka bertemu dengan iring-iringan tiga mobil boks bertuliskan ”Indomaret” yang melaju dengan kecepatan tinggi. Nah, saat berpapasan dengan rombongan bagian  tengah, mobil boks bagian belakang memaksa mendahului dua kendaraan serupa di depannya. Hasilnya, ujung mobil boks itu menghantam korban.
”Kejadiannya sangat mendadak dan terjadi begitu cepat,” kata Daniel, karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk itu.
”Begitu terjatuh, sebagian dari kami membawa Aga ke Rumah Sakit Eka Hospital. Begitu dokter memeriksa, dia mengatakan, Aga sudah meninggal dunia,” ujar Daniel. (cetak.Kompas.com, 13 juni)

Saat ini proses hukum sedang berjalan. Dan untuk memeringati kejadian tersebut serta rekan-rekan pesepeda dari Jabodetabek hari ini akan melakukan “Ride of Silence” dan juga pendirian monumen “Ghost Bike”. Ghost Bike sendiri merupakan monumen untuk mengenang para pesepeda yang tewas di jalan raya.

Terbukti sudah, betapapun kita menjaga kehati-hatian, masih saja ada faktor eksternal yang tidak bisa kita kontrol. Rekan-rekan Rocketers mungkin sudah berupaya maksimal mengamankan rombongan mereka. Tetapi sifat ugal-ugalan dari sang supir mobil boks-lah yang tidak bisa mereka antisipasi. Dan terjadilah peristiwa mengenaskan itu.

Menurut lembaga Make Road Safe, di seluruh dunia, setiap enam detik terjadi kecelakaan jalan raya yang menyebabkan korban tewas atau luka parah! Dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1,3 juta setiap tahun, kecelakaan di jalan raya menyamai tingkat kematian wabah kolera dan Tuberkulosis. Dan ironisnya, mayoritas korban adalah pada usia produktif. Di Jakarta? Hampir dapat dipastikan setiap kita bisa melihat motor terjatuh karena senggolan, ditabrak atau menabrak mobil/angkutan umum dan lainnya. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Jusri Pulubuhu, Head Instructor JDDC

“Kalau tidak mau mengalami kecelakaan di jalan raya, kurangi probabilitasnya. Artinya, jangan mengendarai kendaraan bermotor, atau bahkan berada di jalan raya” ujar Jusri. Lalu instruktur Defensive Riding ini menambahkan, “Namun jika kita tidak punya pilihan. Berkendaralah sesuai dengan kemampuan, kondisi lalu lintas dan empati. Artinya, belajarlah tehnik dan etika berkendara. Jangan bikin SIM asal tembak. Itu tidak benar. Lalu, kenalilah karakter mobil/motor kita. Sering kali masyarakat beli mobil/motor karena murah, bagus atau canggih. Padahal tehnologinya tidak paham. Lalu juga analisa kondisi lalu lintas. Jika keadaan macet, dan kita ngotot mau cepat,  emosi makin naik dan logika hilang. Maka kita akan semakin minim perhitungan dalam berkendara. Ini jelas berbahaya. Dan yang juga penting, berkendaralah dengan memikirkan akibat tindakan kita pada orang lain (empati). Contohnya, jika kita mendahului dari kiri, apa akibatnya terhadap pengendara lain? Dia bisa kaget, lalu mengerem mendadak dan ditabrak oleh kendaraan dari belakang. Maka terjadilah tabrakan beruntun. Atau lebih sial lagi, kita bisa tersenggol dan terjadilah kecelakaan tragis.” tambah pria yang juga mengajar tehnik mengendara mode (motor gede) untuk salah satu institusi aparat ini.

Hargai Para Pejalan Kaki. Trotoar Bukan Untuk Motor.

Entah apa yang ada di benak si supir boks saat memutuskan untuk mendahului mobil di depannya. Padahal dia tahu, ada rombongan pesepeda di sampingnya. Apakah dia tidak diajarkan untuk mengutamakan keselamatan? Atau memang tidak ada budaya “Safety First” di perusahaanya? Mungkin jam terbang si supir sudah tinggi. Mungkin dia lihai, dan juga kenal baik kendaraannya. Tapi nyatanya, dia tidak mempunyai Empati. Hanya karena emosi dan entah apa, perbuatannya telah merugikan orang lain. Kecelakaan itu telah mengubah hidupnya. Juga hidup keluarga korban. Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian seperti ini. Sebarkan virus Ride Safe kepada rekan kerja, keluarga, teman & komunitas. Dan jangan lupa berempatilah terhadap pengguna jalan lain. Mudah-mudahan tidak ada lagi Adi Nagara berikutnya. Ride Safely, Ride Carefully.(hnr)

Iklan

2 comments on “Lagi, Pesepeda Jadi Korban Jalan Raya

Tinggalkan Balasan & Jangan Tampilkan Link Lebih Dari 1.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s